Langsung ke konten utama

Pembantaian Amritsar India 1919

13 November 1887 : Minggu berdarah London

Kami para introvert memiliki pandangan lain akan sesuatu. Kami keras kepala dengan itu, karena kami tahu bahwa itulah yang membuat kami bahagia.

Pembantaian Jallianwala Bagh di Amritsar, India 1919

       Sebuah pembantaian yang cukup menyenangkan, sebuah tugas kotor, dan berakhir dengan banyaknya nyawa yang melayang. Begitu mungkin yang dipikirkan oleh Brigjen Reginald Dyer saat itu. Daerah Amritsar saat itu dinilai sebagai daerah sumber pemberontakan oleh Inggris. Padahal yang pemberontak itu siapa sih? Udah tau bahwa dirinya tamu, saat tuan rumah mengusir oleh karena si tamu kurang ajar, malah si tuan rumah yang dipaksa tunduk. Emang otak kolonialis itu nggak normal, kadang aku heran juga, dasar. Kalau dari pandangan warga Punjab, tentu yang mereka lakukan bukanlah pemberontakan, lebih pada pengembalian apa yang harusnya mereka dapatkan. Itu kan emang milik warga Punjab, jika mereka ingin ambil alih, bukanlah hal yang salah. Terlebih si peminjam juga semena-mena. Saat itu, daerah Amritsar menjadi seperti perburuan. Yang menjadi sasaran adalah warga kulit putih beserta atribut dan sarana prasarana si Imperialis.

13 November 1970 : Badai Bhola membunuh 500.000 manusia

       Dahulu (tepatnya musim Negara saling berperang, antara tahun 1900 hingga 1950). Tetapi sebenarnya, perang sejak dahulu kala, sudah berkecamuk. Ada banyak pembantaian, sebenarnya pembantaian terakhir dan paling berdarah adalah pembantaian etnis Bosnia oleh tentara Serbia pada masa perang pemekaran di Yugoslavia. Entah mengapa orang Eropa itu suka sekali bersatu dalam satu etnis, lalu saling serang dan berakhir dengan genosida. Apa mungkin karena ruang hidup di Eropa sangat terbatas? Hingga semua etnis ingin menguasai tanah yang emang nggak layak huni itu. Pembantaian terbesar juga tercatat serius ketika Perang Dingin, yang mana saat itu Indonesia, Kamboja, dan China menjadi penyumbang terbanyak warga yang dibantai. Intinya, pembantaian sering terjadi ketika kesalahpahaman dan ketidaksepahaman lahir. Dan terima saja karena nggak ada yang satu hembusan pemikiran antar manusia.



       Mengenai Pembantaian di India, ada satu pembantaian yang menewaskan 1.526 orang. Walau begitu, 2.000 lebih manusia menderita luka serius. Pembantaian terjadi pada tanggal 13 April 1919, setelah Perang Dunia I berarti, saat itu Indonesia masih dikuasai Belanda, tapi udah ada percikan cahaya kemerdekaan. Pembantaian tersebut menimpa warga di wilayah utara Amritsar, India. Perlu diketahui bahwa kata Amritsar dalam bahasa Punjabi bermakna “Kolam dari Sari Keabadian”. Nama yang sangat sempurna guna mengakhiri hidup. Warga di wilayah Jallianwala Bagh diakhiri dalam waktu sekitar 10 menit, cukup singkat untuk membereskan sekitar 3.600 warga, kurang ajar emang. Padahal melahirkan dan menumbuhkan 3.600 manusia itu nggak cepat dan tentu butuh banyak harkat. Tentu saja, butuh banyak peluru untuk mengsukseskan misi pembantaian tersebut, terdiri dari 1650 butir peluru diluncurkan oleh 50 prajurit (tentu saja pelakunya adalah Tentara Inggris yang bersekongkol dengan tentara Gurkha). Setiap prajurit melepaskan 33 peluru guna mencabut nyawa warga sipil yang menjadi target. Saya tidak tahu apa hukuman untuk si pelaku setelah kejadian ini. Yang jelas kolonialisme dan imperialisme akan bercokol kuat ketika ada pengkhianat. Itu mengapa banyak yang mengumbar persatuan jika ingin melahirkan kemerdekaan.

13 November 1998 : Tragedi Semanggi


       Perlu diketahui bahwa setelah kejadian memilukan di India ini, tepatnya tanggal 28 Juni 1919, perjanjian Versailles ang nantinya membantai kebebasan di Jerman ditandatangani. Kehilangan nyawa dan kehilangan kebebasan, saya kira kehilangan kebebasan lebih menyakitkan walau kehilangan nyawa juga mengerikan. Lagipula, saat kebebasan hilang, tentu ada kesempatan guna memunculkan kebebasan kita. Tanggal 13 April juga menjadi tanggal penting untuk dunia, tepatnya tanggal 13 April 1963 di Russia lahir seorang bayi yang kini kita kenal sebagai pecatur tercerdik sedunia, Garry Kasparov. Permainan catur memiliki filosofi menarik, yang mana tujuan akhirnya adalah membuat sang pemimpin mati tak berkutik (mudahnya skak mat). Tetapi butuh banyak nyawa dari loyalis sang pemimpin, guna mencapai hasil akhir. Walau begitu, saya yakin pecatur terbaik tidak akan menjatuhkan banyak prajurit, berbeda dengan pecatur amatir seperti saya yang semakin lapar akan pembasmian (mudahnya, menang jumlah berarti menang).


       Pembunuhan itu, dikenal di India sebagai pembantaian Jallianwala Bagh, digambarkan Mahatma Gandhi (bapak gerakan kemerdekaan India), mengguncang landasan Kerajaan Inggris. Sekelompok tentara menembaki kerumunan tak bersenjata tanpa peringatan di kota India utara itu setelah beberapa lama kerusuhan, menewaskan ratusan orang dengan darah dingin. Brigadir Jenderal Reginald Dyer, yang memberi perintah penembakan itu, menjelaskan keputusannya dengan mengatakan merasa perlu memberi "pelajaran moral kepada warga Punjab" tersebut (walau saat itu Winston Churchil yang menjabat Menteri Urusan Perang tahun 1920 menyatakan bahwa hal tersebut 'bukanlah cara Inggris melakukan sesuatu'. Walau begitu, beberapa pihak di Inggris memuji keputusan Brigadir Jenderal Reginald Dyer "sebagai yang menyelamatkan India", tapi yang lain juga mengutuk perbuatannya. Sebuah tugas mengerikan dan kotor, yang lumayan membuat si Dyer mendapat dua berkah. Untungnya aku bukan tentara, jadi aku dengan bebas memutuskan apakah harus menerima atau menolak.

13 November 1985 : Gunung Nevado del Ruiz meletus

     Aku secara pribadi nggak tau menau apakah harus memuji atau mengutuk. Kadang emang gitu sih, ya namanya manusia.


Aku kurang yakin bahwa namaku ini Ridwan, tapi aku dipanggil dengan nama itu. Aku pria, tapi aku memiliki cita rasa wanita. Aku kurang normal, tapi aku yakin tidak gila. Aku hidup, tapi aku tak bernafas dengan hasratku. Gimana ini...?

Komentar