Langsung ke konten utama

Dreams karya Henri Bergson

Kami para introvert memiliki pandangan lain akan sesuatu. Kami keras kepala dengan itu, karena kami tahu bahwa itulah yang membuat kami bahagia.

      Selain itu kami melanjutkan, ketika sekali tertidur untuk mendengar suara eksternal. Derakan furniture, deraknya api, hujan yang menghantam jendela, angin yang memainkan skala kromatiknya di cerobong, seperti suara-suara yang sampai ke telinga orang yang tidur dan diubah oleh mimpi itu sesuai dengan keadaan, ke dalam percakapan, bernyanyi, menangis, musik, dll. Nah, faktor eksternal akan menjadi sesuatu yang sangat membahagiakan untuk mimpi. Gimana jika aku tidur bersama Tarzan di rimba afrika? Tentu aku akan mendapat banyak hiburan dari sajian alam, kan? Atau malah sebaliknya? Tapi, bagaimana jika tidurnya orang yang kelelahan? Apakah faktor eksternal bisa memengaruhi mimpinya, dan anehnya saat tubuhku sangat lelah, aku tidak merasakan hadirnya mimpi, cuma tidur sangat nyenyak ditemani sedikit rasa sakit, oh... berarti kondisi tubuh juga menjadi faktor penting dalam skenario mimpi, kan?


    Gunting dipukulkan ke penjepit di telinga Alfred Maury saat dia tidur. Segera dia bermimpi bahwa dia mendengar toscin dan mengambil bagian dalam peristiwa Juni 1848. Pengamatan dan pengalaman seperti itu sangat banyak. Peristiwa juni 1848 itu tentang Revolusi yang terjadi di Rumania. Dinamakan sebagai Revolusi Wallachian dan dipimpin oleh para intelektual generasi baru. Memang, sesuatu yang baru, akan sangat risih dengan yang lama. Mereka yang berpikir baru, nggak mau ikut cara lama, justru yang konservatif lah yang harus beradaptasi dengan pikiran baru. Dan memang, pikiran pembaharuan sangat rasional dan nikmat. Memang seperti itulah manusia, sulit mencari seseorang yang memiliki kesetiaan tinggi. Harusnya kita belajar pada Bhisma yang agung, tentang kesetiaan. Tapi nggak masalah, lagian sesuatu yang baru itu juga mayoritas membawa pada kemajuan kita.

      Tetapi mari kita cepat-cepat mengatakan bahwa bunyi tidak memainkan peran penting dalam mimpi kita seperti halnya warna. Mimpi kita, terutama visual, dan bahkan lebih visual daripada yang kita pikirkan. Kepada siapa hal itu tidak terjadi, seperti yang dikatakan M. Max Simon, untuk berbicara dalam mimpi dengan orang tertentu, memimpikan seluruh percakapan, dan kemudian, tiba-tiba, sebuah fenomena tunggal menarik perhatian si pemimpi. Dia merasa bahwa dia tidak berbicara, bahwa dia belum berbicara, bahwa lawan bicaranya belum mengucapkan sepatah kata pun, bahwa itu adalah pertukaran pikiran yang sederhana di antara mereka, percakapan yang sangat jelas, di mana, bagaimanapun, tidak ada yang terdengar. Fenomena ini cukup mudah dijelaskan.

     Secara umum penting bagi kita untuk mendengar suara dalam mimpi. Dari ketiadaan kita tidak bisa menghasilkan apa-apa. Dan ketika kita tidak diberi bahan nyaring, sebuah mimpi akan sulit untuk menghasilkan kemerduan. Ada lebih banyak yang bisa dikatakan tentang sensasi sentuhan daripada perasaan mendengar, tetapi saya harus cepat-cepat. Sabar kenapa prof, aku lagi mimpi cantik pula... Kita bisa berbicara selama berjam-jam tentang fenomena tunggal yang dihasilkan dari sensasi sentuhan yang membingungkan selama tidur. Sensasi ini, berbaur dengan gambar-gambar yang menempati bidang visual kita, memodifikasinya, atau mengaturnya dengan cara mereka sendiri. Cukup misterius sih, tapi lumayan masuk akal. Padahal aslinya aku nggak paham. Seringkali di tengah malam, kontak tubuh kita dengan pakaiannya yang ringan membuatnya berasa dan sekaligus mengingatkan kita bahwa kita berpakaian ringan. Jadi, yang suka mimpi tentang hal-hal aneh seperti dikejar sesuatu yang menakutkan, aku sarankan saat tidur pakailah pakaian yang sederhana, atau nggak usah pakai pakaian sekalian malah aman. Yang dikhawatirkan, saat tidur nggak pakai pakaian, lalu mimpi ikut perang Diponegoro, bahaya kan? Kemudian, jika mimpi kita saat ini membawa kita melewati jalan, dalam pakaian yang sederhana inilah kita menampilkan diri kita kepada pandangan orang yang lewat, tanpa terlihat kagum karenanya. Kita sendiri tercengang dalam mimpi itu, tetapi hal itu tidak pernah mengejutkan orang lain. Saya mengutip mimpi ini, karena ini sering terjadi.

       Ada satu lagi yang pasti banyak dari kita yang mengalami. Ini terdiri dari perasaan diri seolah terbang di udara atau mengambang di ruang angkasa. Setelah memiliki mimpi ini, orang mungkin cukup yakin bahwa mimpi itu akan muncul kembali. Dan setiap kali itu berulang, alasan pemimpi dengan cara ini; "Aku sebelumnya pernah dalam mimpi ilusi terbang atau mengambang, tapi kali ini adalah hal yang nyata. Jelas bagi saya bahwa kita dapat membebaskan diri dari hukum gravitasi." Cuma dalam mimpi. Sekarang, jika anda bangun tiba-tiba dari mimpi ini, anda dapat menganalisanya tanpa kesulitan, jika anda melakukannya dengan segera. Anda akan melihat bahwa anda merasakan dengan sangat jelas bahwa kaki anda tidak menyentuh bumi. Dan, bagaimanapun, tidak percaya bahwa diri anda tertidur, anda sedang berbaring. Karena itu, karena anda tidak berbaring dan kaki anda tidak merasakan perlawanan dari tanah, kesimpulannya wajar bahwa anda melayang di ruang angkasa. Untuk yang takut ketinggian atau trauma dengan sesuatu yang melayang, aku sarankan untuk tidur seperti orang Jepang; nggak ada tempat tidur, cukup alas bantal yang langsung berkaitan dengan pusat gravitasi. Atau ingin mencoba tidur di tanah langsung tanpa satupun alas? Cobalah saja, sensasinya aneh dan lumayan aneh. Perhatikan ini juga; ketika pengangkatan menyertai penerbangan, itu hanya di satu sisi anda berusaha untuk terbang. Dan jika anda bangun pada saat itu, anda akan menemukan bahwa sisi ini adalah sisi di mana anda berbaring, dan bahwa sensasi upaya untuk terbang bertepatan dengan sensasi nyata yang diberikan kepada anda oleh tekanan tubuh anda terhadap tempat tidur. Sensasi tekanan ini, terlepas dari penyebabnya, menjadi sensasi usaha yang murni dan sederhana, bergabung dengan ilusi mengambang di ruang angkasa, cukup untuk menghasilkan mimpi.


     Itulah alasan dibalik terjadinya fenomena mimpi. Mimpi biasanya disamaratakan dengan cita-cita, atau sering juga bahwa cita-cita adalah mimpi. Keduanya memiliki alasan mengapa dan harusnya. Keduanya juga punya pola, mampu dikelola, walau ada juga kadang membuat kita kebingungangan. Naluri manusia untuk bisa memahami sebuah kejadian, lumayan mengikis ruang kepasrahan. Semoga berlanjut hingga pagi menjelang, dan jalan menuju apa yang dicita-citakan semakin bercahaya terang. Bukankah cahaya emang terang?

The Introvert
Aku kurang yakin bahwa namaku ini Ridwan, tapi aku dipanggil dengan nama itu. Aku pria, tapi aku memiliki cita rasa wanita. Aku kurang normal, tapi aku yakin tidak gila. Aku hidup, tapi aku tak bernafas dengan hasratku. Gimana ini...?

Komentar