Langsung ke konten utama

Esensi Pikiran

The introvert memiliki pandangan lain akan sesuatu. Dia keras kepala dengan itu, karena dia tahu bahwa itulah yang membuatnya bahagia.

       Ada sebuah pepatah; "Seperti yang ada di dalam pikirannya, begitulah dia." Apa sebenarnya yang ada dalam pikiranku? Siapa diriku? Jika aku berpikir aku belum yakin akan diriku, apakah aku sudah ada di dunia fana penuh realita ini? Nah, bu guru... manusia itu hidup, pikiran akan membentuk pola hidup, dengan watak pekerti yang kau tanam pada pikiran kami, alhasil kami berbudi dan tak jarang berani menggantung mimpi.


     Pikiran, apa itu pikiran? Aku samakan saja dengan imajinasi. Beda sih emang, pikiran lebih pada ikatan mental, harus bisa diterima dan diproses akal sehat. Imajinasi mah bebas, sebuah fenomena representatif, dari kejenuhan pikiran manusia yang terikat. Berpikir emang bebas, tapi ada fase tanggungjawab. Itulah mengapa pikiran memberontak dan menggaungkan sebuah imajinasi. Oleh karena obsesi manusia, ingin mengetahui realitas yang menyangkut dirinya dan alam semesta, dengan indera yang dimiliki, memotivasi dirinya untuk lebih dalam mengetahui.

      Jika saja pikiran dilepas bebas, imajinasi tersalurkan dengan luas, akan diketahui bahwa manusia memiliki pola keingintahuan super tinggi, hingga sampai pada hal yang harusnya nggak boleh atau tepatnya nggak sanggup dipikirkan. Dan bersyukurlah bahwa Tuhan akan selalu memberi peringatan di kala kita mencapai limit pikiran. Itulah mengapa kita harus berpikir sampai pada batas kemampuan kita. Jangan cemas, karena pasti lah Tuhan akan melindungi pikiran kita supaya nggak error. Karena Tuhan sangat mencintai manusia yang memanfaatkan anugerah spesialnya. Nah, aku lumayan serius.

       Karakter kita ini adalah buah pikiran kita. Supaya makin berkarakter, jangan berhenti meluaskan pikiran. Nah, gimana cara pikiran bisa luas? Baca buku? Belum tentu. Aku suka membaca, tapi pikiranku masih dungu, sunyi. Sejak itulah aku mulai berimajinasi, dengan pola kebebasan itulah, si imajinasi makin membentuk pola pikir. Nggak percaya? Coba saja. Fase awal manusia adalah bayi lalu anak-anak. Apa yang menjadi senjata utama kaum bocah? Imajinasi! Pola pikir belum terbentuk sama sekali, itulah mengapa proses berimajinasi menjadi bahan awal dalam rangka mempengaruhi pikiran guna membentuk karakter. Imajinasi bertindak spontan tanpa perencanaan. Beda kalau pikiran, tentu terikat oleh rencana dan situasi. Itulah alasan mengapa pikiran adalah sesuatu yang lebih penting dibanding imajinasi. Ini nggak berlaku untuk anak kecil. Berimajinasilah wahai bocah... sebebas dan sekreatif yang kalian mampu, berimajinasilah! Kalian belum mampu berpikir, nikmati saja imajinasimu, itu alasan utamanya. Tapi akan unik jika kalian mau berpikir secara komprehensif, kalau bisa sih...

      Manusia adalah makhluk yang memiliki kekuatan, kecerdasan, dan cinta. Dengan tiga faktor itu, manusia menjadi makhluk yang mumpuni. Gimana caraku menjelaskan ketiga faktor spesial itu? Pertama kekuatan; dengan ini, manusia mampu menguasai pola pikirnya sendiri, memegang kunci keterbukaan setiap situasi, dan tentu saja memberikan energi serta daya tahan untuk keberlangsungan proses berpikir. Kedua kecerdasan; memegang kendali setiap apa yang didapat oleh panca indera, apa ada indera keenam? Aku pikir ya pikiran itulah indera keenam. Mentransformasikan setiap hasil pemikiran kepada mental fisik guna keberlangsungan hidup, dengan tujuan utama membentuk diri manusia sesuai yang dikehendaki pikiran. Lalu ketiga adalah cinta; entah apa artinya ini. Cinta, banyak yang bilang bahwa tanpa cinta, manusia udah punah. Berarti, cinta adalah... entah apa, aku sungguh nggak mengerti. Cinta, cinta, cinta, ... mungkin anugerah khusus dari Tuhan untuk manusia? Entah, ... coba tanya pada wanita ini, siapa tau doi punya jawaban komprehensif untuk kita yang masih lugu ini. Silahkan diolah pikir sampai matang dulu mbak... nanti sajikan pada kami waktu malam menjelang.


      Pikiran akan aktif setelah proses imajinasi berjalan lancar. Jadi, jangan heran jika kalian melihat banyak manusia yang sepertinya nggak punya daya pikiran, bahasa mudahnya; manusia yang terseret arus. Mereka itu dulu nggak punya daya imajinasi tinggi, sebabnya mudah; langsung terjun ke medan lingkungan yang notabenya penuh jebakan untuk keberlangsungan proses berpikir. Isi pikiranmu dengan pola yang berbudi. Dengan itulah pikiran kita senantiasa menjadi guru bagi pembentukan diri kita.

       Manusia dapat menemukan setiap kebenaran yang berhubungan dengan keberadaannya. Faktor internal dan eksternal akan menjadi sesuatu dibalik terciptanya sebuah karakter. Saat sudah melewati fase bocah, pikiran akan aktif menelusuri setiap apa yang dilaporkan panca indera. Dengan analisis yang komplit, bahkan untuk kejadian yang sepele. Pikiran akan selalu lapar untuk melahap setiap pengetahuan dan pengalaman, si pikiran memegang teguh prinsip; 'selalu mencari serta menerima apapun guna pembentukan diri.' Pikiran bisa disamakan layaknya taman, dapat ditanami tumbuhan bermanfaat, atau dibiarkan dan tentu menjadi liar dengan tanaman tak berguna. Nah, selalu tanam hal yang bermanfaat untuk pikiran, gimana caranya? Panca indera! Gunakan sebaik mungkin.

      Semakin kita berpikir, makin kita memahami, bahkan dengan akurasi yang semakin meningkat, bagaimana kekuatan pikiran, elemen-elemen pikiran selalu beroperasi dalam rangka pembentukan karakter serta memengaruhi lingkungan ekosistem. Begitulah aku kabarkan tentang esensi pikiran, entah benar atau salah. Yang penting mencoba memikirkan sesuatu, karena hanya dengan itulah, kita disebut makhluk yang beroperasi dengan pikiran. Lumayan rumit dan mantap esaiku kali ini, salut lah. Memuji diri sendiri? Nggak masalah.

The Introvert

Aku kurang yakin bahwa namaku ini Ridwan, tapi aku dipanggil dengan nama itu. Aku pria, tapi aku memiliki cita rasa wanita. Aku kurang normal, tapi aku yakin tidak gila. Aku hidup, tapi aku tak bernafas dengan hasratku. Gimana ini...?

Komentar