Langsung ke konten utama

Spiritual

 Apakah di surga ada warna dan bunyi? Sebagaimana di dunia ini? Diriku juga bertanya tentang apakah di sini saat ini emang bener ada warna dan bunyi? Tetapi secara apapun diri ini juga gak bisa nolak tentang kesepakatan sebuah warna dan bunyi. Sulit bagiku mengatakan kain berwarna merah menjadi kain berwarna ungu, kalau merah ya merah, mau ngelawan susah. Udah paten dan kayaknya memang segala nama dan apapun yang dikenal saat ini bukanlah buatan manusia.

Pertama, warna dan bunyi, ditinjau dari sebab-sebab materialnya jelas tidak ada di surga. Mengapa demikian? Karena warna dan bunyi di alam fisik ini ditimbulkan oleh gelombang-gelombang dengan besaran amplitudo tertentu, yang secara pasti terbatasi oleh ruang dan waktu. Warna dan bunyi di alam fisik ini bersifat material, sedang surga adalah sesuatu yang bersifat spiritual. Sekiranya engkau memerlukan bukti yang lebih akurat secara filosofis, apakah warna itu secara objektif ada pada cahaya ataukah merupakan suatu hal yang hanya ada secara subjektif? Bagi seorang buta ataupun tuli, keberadaan objektif gelombang cahaya atau suara tidak mengharuskan keberadaan objektif warna dan bunyi. Jadi, warna dan bunyi adalah subjektif, Ia memiliki suatu keberadaan objektif dalam alam subjektif orang yang melihat dan mendengarnya, haduh mumet ora jelas blas iki penjelasan. Yang jelas adalah bahwa cahaya dan gelombang suara di alam fisik ini tidaklah merupakan sumber satu-satunya tampaknya warna maupun terdengarnya bunyi. Nah gitu ujungnya.

Sebagaimana layaknya godaan duniawi, surga juga tak kalah menggoda. Tak pernah kita terlepas dari khayalan alam yang tinggi itu, hasrat ilahiah dalam diri manusia selalu ingin menembus dan menyaksikan alam-alam itu. Secara filosofis, alam-alam itu adalah alam-alam yang memiliki derajat priorotas lebih tinggi dari alam material kasat indera ini. Nah lebih rumitnya lagi adalah si alam ini lebih tinggi dalam artian suatu sebab yang mendahului akibat. Tetapi menarik juga, bahwa ternyata alam-alam itu lebih menarik jiwa manusia daripada alam dunia fana ini. Udah semestinya bahwa sebagai manusia yang dianugerahi akal, maka ketika menyaksikan apa-apa yang orang-orang mengapresiasinya maka sepatutnya harus juga mencari tahu siapa dibalik apa-apa itu. Nah kan, manusia sejelek apapun pasti ada ketertarikan dengan alam spiritual itu, memang pada dasarnya dominasi dari kita ini adalah spiritual sih, yang fisik aslinya cuma hiburan doang.

Lebih lanjut, di alam spiritual juga ada pandangan, sebagaimana kita dapat memandang di dunia. Pada ruang-ruang tersebut juga ada pendengaran, sebagaimana kita mendengar di alam fisik ini. Apapun itu, cinta Tuhan akan senantiasa menarik manusia, baik sisi lahir maupun batinnya, dan segenap indera dan persepsinya, ke alam-alam yang lebih tinggi. Sebuah alam yang kurang obyektif jika dilihat dari obyektivitas alam material. Tapi sebenarnya adalah alam yang lebih obyektif jika dilihat dari obyektivitas mutlak.

Sebenarnya diriku ingin mabuk ruhaniah, sebuah kemabukan yang membawa diri ini ke dalam sari kecanduan Cinta Ilahi, yang mana di satu sisi melenyapkan kesadaran dalam dunia ini, sedang di sisi lain memberinya kesadaran yang hakiki tentang dunia dan segala yang ada ini.

Mulai rumit dan menggoda, maka sudahi saja sebelum pingsan ditelan ketidaktahuan dan aslinya setelah itu akan sadar ketertarikan.

Aku kurang yakin bahwa namaku ini Ridwan, tapi aku dipanggil dengan nama itu. Aku pria, tapi aku memiliki cita rasa wanita. Aku kurang normal, tapi aku yakin tidak gila. Aku hidup, tapi aku tak bernafas dengan hasratku. Gimana ini...?

Komentar