Langsung ke konten utama

Lirik lagu Asal Kau Bahagia Armada

       Pertama mendengar kata bahagia.
Bahagia : membahagiakan, berbahagia, dibahagiakan, berbahagialah, dan bentuk bahagia yang lain. Bahagia adalah bentuk, berarti berwujud, artinya ada faktor tertentu supaya bahagia terbentuk. Berarti nggak ada yang namanya pura-pura bahagia. Bahagia itu sederhana, bahagia itu mahal, bahagia itu indah, bahagia itu anugerah, bahagia itu susah. Jika memang bahagia adalah kepuasan, artinya bahagia bukan hal yang patut diperjuangkan. Aku kira, bahagia adalah penerimaan. Periksa apa-apa yang ada di dalam dan luar dirimu, lalu terima itu, dan bahagia kau dapatkan niscaya. Karena mayoritas mereka yang nggak bahagia, selalu menginginkan apa yang layaknya belum mereka dapatkan. Lalu, gimana dengan esensi manusia yang adalah makhluk yang menginginkan sesuatu? Aku kira ada juga yang dengan keingintahuannya itu, mereka bahagia, terlepas dengan hasil dan awalannya. Susah dan muter-muter kan ujungnya. Kamu sih...


     Ada satu lagu yang membahas tema bahagia, yaitu lagu yang dibawakan Armada band berjudul Asal kau bahagia. Lagu ini menafsirkan bahagia dengan bentuk pengorbanan dan sikap mengalah. Artinya aku kira adalah pura-pura bahagia. Namanya juga manusia, pasti nangis terus orang yang terlibat hal beginian. Jadi, bahagia itu nggak sederhana kan? Mari aku tunjukkan bagaimana liriknya, entahlah mengapa mayoritas lagu yang bertema cinta, selalu nya membahas tentang kesedihan. Padahal makna cinta itu adalah kebahagiaan. Tapi ya terserah, lagipula sekalinya ada yang menafsirkan cinta adalah kebahagiaan, maka cinta itu seolah mustahil untuk didapatkan. Hingga ada yang bilang bahwa cinta adalah peristiwa di dalam dongeng.

Oke terserah, masuk langsung dan berikut adalah lirik lagu Asal Kau Bahagia dari Armada band :


Yang, kemarin ku melihatmu
Kau bertemu dengannya
Ku rasa sekarang kau masih
Memikirkan tentang dia
Apa kurangnya aku di dalam hidupmu
Hingga kau curangi aku

Katakanlah sekarang
Bahwa kau tak bahagia
Aku punya ragamu
Tapi tidak hatimu

Kau tak perlu berbohong
Kau masih menginginkannya
Ku rela kau dengannya
Asal kan kau bahagia

Yang, kurasa sekarang kau masih
Memikirkan tentang dia
Apa kurangnya aku di dalam hidupmu
Hingga kau kurangi aku

Katakanlah sekarang
Bahwa kau tak bahagia
Aku punya ragamu
Tapi tidak hatimu
Kau tak perlu berbohong
Kau masih menginginkannya
Ku rela kau dengannya
Asalkan kau bahagia

Katakanlah sekarang
Bahwa kau tak bahagia
Aku punya ragamu
Tapi tidak hatimu
Kau tak perlu berbohong
Kau masih menginginkannya
Ku rela kau dengannya
Asalkan kau bahagia

Asalkan kau bahagia


      Itu liriknya, nggak rumit dan ya harusnya emang sederhana saja lah. Supaya kita jadi paham bahwa bahagia itu sederhana. Maksudku pura-pura bahagia.

Yang, kemarin ku melihatmu
Kau bertemu dengannya
Ku rasa sekarang kau masih
Memikirkan tentang dia
Apa kurangnya aku di dalam hidupmu
Hingga kau curangi aku

    Bagaimana coba ini, di awal aja sudah begini, cara terbaik ya meracik racun aja lah. Atau dengan menyusun skenario supaya nantinya siap dengan segala yang akan terjadi. Dan perlu diketahui bahwa si tokoh yang dipanggil 'Yang' itu adalah pria. Dulu aku kira wanita, pas lihat video klipnya, ya ampun nih pria, kenapa masih mau bertahan hidup sih, kamu itu nggak lebih cuma parasit. Kasihan tuh wanita akhirnya, menderita. Tapi ya mau bagaimana lagi, dalam sandiwara cinta, yang cocok menjadi aktor antagonis ya cuma pria. Karena kesan wanita yang katanya lembut, manis dan setia. Sekalinya wanita jadi antagonis, semua pria sedunia lebih pilih menyelam ke palung Mariana.

Katakanlah sekarang
Bahwa kau tak bahagia
Aku punya ragamu
Tapi tidak hatimu

     Kalau kita memilih raga, ya mana bisa bahagia. Tapi ya aslinya bisa, cuma bahagianya nggak abadi gitu. Karena ya memang raga itu ada batasnya. Cuma bagaimana bisa kita miliki hati mereka? Sedang hati itu kesannya dikuasai emosi, dan tentu saja panca indera nggak mampu menjangkau emosi. Berarti butuh indera keenam, pasrah aja kalau begitu. Maksudku itu begini, hati adalah emosi, dan emosi itu adalah kelakuan. Karena kelakuan adalah bentuk wujud dari emosi, maka yang belum dilakukan adalah bentuk dari pencitraan. Misal saat mata melihat sesuatu atau seseorang, maka dasarnya ada emosi yang mengontrol itu indera mata, ada dua kemungkinan, pertama si emosi bertindak untuk mendapatkan niatan awal, atau kemungkinan kedua yaitu si emosi mundur dan cuma mata yang menikmati. Kemungkinan yang kedua itu tadi adalah bentuk dari pura-pura bahagia. Aku udah makin sok tau begini...

Kau tak perlu berbohong
Kau masih menginginkannya
Ku rela kau dengannya
Asal kan kau bahagia

     Bait terakhir sangat tragis! Wanita itu makhluk emosional, jadi mereka itu selalu menilai bahwa bahagia adalah sederhana. 'Asal kau jujur, aku bahagia!' Begitu ucap mereka. Ini adalah peluang emas bagi pria untuk menunjukkan bahwa pria adalah penyusun kebohongan yang paling jujur. Andai wanita tau bagaimana asli nya kaum adam, mereka pasti mengadu meminta pada Tuhan. Pertanyaan mendasarnya begini, apa iya sih bahwa dengan wanita mengalah maka si pria akan bahagia? Bukankah nanti malah lebih kompleks lagi? Tetapi mana ada wanita yang tahan jika terus dibohongi dengan terang-terangan? Yang aneh lagi, dulu gimana bisa nggak tau jika pria itu adalah pembohong? Begitu lemahkah para wanita terhadap pencitraan pria? Dan sebagai penutup, pria memanglah sulit untuk jujur, cuma ya jangan membohongi wanita lah. Di mana harga diri sebagai seorang makhluk pengayom sih. Heran.

Sawangsulna...
Ada pidato dari seorang pria yang sangat jujur, ini aku harap bisa menjadi pelecut niat bagi para pria yang sulit untuk jujur. Karena aku yakin bahwa faktor utama dari kebahagiaan adalah kejujuran. Karena pasrah dan jujur itu adalah teman seperjuangan demi menggapai apa yang menjadi tujuan utama manusia menjalani hidup ; BAHAGIA!

Mantep tulisan esai ku pagi ini. Bahagia aku jadinya kan...


‘Bismillahhirrohmanirrohim... Merdeka!!!

Saudara-saudara rakyat jelata, di seluruh Indonesia, terutama saudara-saudara penduduk kota Surabaya. Kita semuanya telah mengetahui, bahwa hari ini, tentara Inggris telah menyebarken, pamflet-pamflet yang memberikan suatu ancaman kepada kita semua. Kita diwajibken untuk dalam waktu yang mereka tentuken, menyerahkan senjata-senjata yang telah kita rebut dari tangannya tentara Jepang.

Mereka telah minta, supaya kita dateng kepada mereka itu, dengan mengangkat tangan. Mereka telah minta, supaya kita semua dateng pada mereka itu, dengan membawa bendera putih, tanda bahwa kita menyerah kepada mereka. Saudara-saudara, di dalam pertempuran-pertempuran yang lampau, kita sekalian telah menunjukken, bahwa rakyat Indonesia di Surabaya. Pemuda-pemuda yang berasal dari Maluku, pemuda-pemuda yang berasal dari Sulawesi, pemuda-pemuda yang berasal dari pulau Bali, pemuda-pemuda yang berasal dari Kalimantan, pemuda-pemuda dari seluruh Sumatera, pemuda Aceh, pemuda Tapanuli, dan seluruh pemuda Indonesia yang ada di Surabaya ini.

 Di dalam pasukan-pasukan mereka masing-masing, dengan pasukan-pasukan rakyat yang dibentuk di kampung-kampung, telah menunjukken satu pertahanan yang tidak bisa dijebol, telah menunjukken satu kekuatan, sehingga mereka itu terjepit di mana-mana. Hanya karena taktik yang licik daripada mereka itu saudara-saudara, dengan mendatengken Presiden, dan pemimpin-pemimpin lainnya ke Surabaya ini, maka kita tunduk untuk memberhentiken pertempuran. Tetapi pada masa itu, mereka telah memperkuat diri. Dan setelah kuat, sekarang inilah keadaannya.

Saudara-saudara, kita semuanya, kita bangsa Indonesia yang ada di Surabaya ini akan menerima tantangan tentara Inggris itu, dan kalau pimpinan tentara Inggris yang ada di Surabaya, ingin mendengarken jawaban rakyat Indonesia, ingin mendengarken jawaban seluruh pemuda Indonesia yang ada di Surabaya ini. Dengarkenlah ini, tentara Inggris!!! Ini jawaban kita!!! ini jawaban rakyat Surabaya!!! Ini jawaban pemuda Indonesia!!! kepada kau sekalian!!!

Hei tentara Inggris!!! Kau menghendaki bahwa kita ini akan membawa bendera putih untuk takluk kepadamu, kau menyuruh kita mengangkat tangan dateng kepadamu, kau menyuruh kita membawa senjata-senjata yang telah kita rampas dari tentara Jepang untuk diserahken kepadamu. Tuntutan itu, walaupun kita tahu, bahwa kau sekalian akan mengancam kita, untuk menggempur kita dengan seluruh kekuatan yang ada, tetapi inilah jawaban kita. Selama banteng-banteng Indonesia, masih mempunyai darah merah!!! Yang dapat membikin secarik kain putih, merah dan putih!!! Maka selama itu, tidak aken kita mau menyerah kepada siapapun juga!!!.

Saudara-saudara rakyat Surabaya, siaplah!!! keadaan genting. Tetapi saya peringatken sekali lagi, jangan mulai menembak, baru kalau kita ditembak, maka kita akan ganti menyerang mereka itu. Kita tunjukken bahwa kita adalah benar-benar orang yang ingin Merdeka. Dan untuk kita saudara-saudara, lebih baik kita hancur lebur daripada tidak Merdeka!!! Semboyan kita tetap, Merdeka atau Mati!.

Dan kita yakin saudara-saudara, pada akhirnya pastilah kemenangan akan jatuh ke tangan kita, sebab Allah selalu berada di pihak yang benar. Percayalah saudara-saudara, Tuhan akan melindungi kita sekalian. Allahu Akbar!!! Allahu Akbar!!! Allahu Akbar!!! Merdeka!!!.

The Introvert
Aku kurang yakin bahwa namaku ini Ridwan, tapi aku dipanggil dengan nama itu. Aku pria, tapi aku memiliki cita rasa wanita. Aku kurang normal, tapi aku yakin tidak gila. Aku hidup, tapi aku tak bernafas dengan hasratku. Gimana ini...?

Komentar