Jalan kemusyrikan, kesesatan, kebodohan, dan kefasikan bisa menjatuhkan manusia ke dalam derajat yang paling rendah sekaligus membebani punggungnya yang lemah dengan berbagai beban penderitaan yang tak terbatas dan tak terhingga. Sebab itu, ketika manusia tidak mengenal dan tidak bertawakal kepada Allah ia tak ubahnya seperti hewan yang fana. Ia senantiasa bersedih dan merasakan kepedihan. Ia terus berada dalam kepapaan dan ketidakberdayaan serta selalu dalam kondisi fakir. Ia menghadapi berbagai musibah yang tak kunjung usai serta merasa sakit lantaran berpisah dengan sesuatu yang dicintai yang terhubung sebelumnya. Ia senantiasa menderita hingga akhirnya meninggalkan sejumlah orang yang ia kasihi yang masih tersisa dan pergi menuju gelapnya kubur sendirian. Sepanjang hidup ia akan menghadapi sejumlah penderitaan dan impian yang tak terhingga dengan ikhtiar terbatas, kekuatan terbatas, kehidupan singkat, umur pendek, serta akal pikiran buram. Dia terus berupaya untuk mendapatkan keinginan-keinginan dan tujuan-tujuan yang tak terhingga tanpa memetik hasil apa pun.
Santapan siang : Aku ada di keabadianmu!
Ketika ia tidak mampu memikul beban dirinya, ia berusaha membebani pundak dan bahunya yang lemah dengan sejumlah beban dunia yang demikian berat itu. Dengan begitu, ia semakin tersiksa sebelum sampai kepada azab neraka. Orang-orang yang sesat tidak merasakan penderitaan pahit dan siksaan jiwa yang menakutkan tersebut untuk sementara waktu, karena mereka telah mencampakkan diri dalam kubang kelalaian guna menghilangkan kesadaran dan melenyapkan sensitifitas mereka dengan kondisi mabuk. Namun, begitu salah seorang dari mereka sudah dekat kepada liang kubur, tiba-tiba ia merasakannya! Jika tidak menjadi hamba yang tulus kepada Allah, ia akan mengira telah berkuasa atas dirinya sendiri. Padahal, dengan ikhtiarnya yang parsial dan sangat terbatas serta kemampuannya yang tak seberapa itu, ia tidak mampu menata diri menghadapi berbagai kondisi dunia yang demikian keras.
Ia melihat sejumlah musuh mengelilinginya; mulai dari mikroba yang paling kecil hingga gempa yang membahayakan kehidupannya dalam kondisi yang menyerang kehidupannya. Ia melihat pintu kubur yang menakutkan baginya pada setiap waktu dalam keadaan ketakutan yang menyedihkan. Saat menghadapi kondisi semacam itu, berbagai kekhawatiran dunia dan keadaan manusia memenatkannya. Pasalnya, ia tidak berfikir bahwa dunia dan manusia berada dalam kendali Dzat Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui, Mahakuasa lagi Maha Penyayang serta Pemurah, dan ia menyerahkan mereka kepada kebetulan dan alam. Padahal, sebagai manusia ia tentu terkait dengan sesama manusia dan dunia. Di samping merasakan kepedihan dirinya, ia juga merasakan kepedihan orang-orang di sekitarnya, seperti gempa, penyakit menular, badai, kekeringan, tingginya harga, serta kebinasaan dan sejenisnya yang menyiksa dia. Semua merupakan musibah dan bencana besar yang suram lagi menyiksa.
Santun pagi : Aku Sungguh... tobat?
Manusia yang berada pada kondisi demikian tidak layak mendapatkan rasa belas kasihan dan kasih sayang. Karena dialah yang justru menyebabkan kondisi yang menakutkan tersebut terjadi, sebagaimana disebutkan dalam Kalimat Kedelapan bahwa seseorang tidak merasa puas dengan kenikmatan yang halal, keinginan yang bersih, hiburan yang menyenangkan, serta tamasya yang dibenarkan bersama orang-orang baik di sebuah taman luas disertai jamuan yang mulia. Ia malah mengonsumsi minuman keras yang haram untuk mendapatkan kenikmatan yang tidak dibenarkan. Lalu, mabuk sehingga terbayang bahwa dirinya sedang berada di sebuah tempat yang kotor di tengah-tengah binatang buas yang siap menerkam. Ia gamang seolah-olah berada di musim dingin, ia pun kemudian menggigil dan berteriak. Ia tidak layak untuk mendapatkan rasa kasihan.
Pasalnya, ia telah menganggap teman-temannya yang baik sebagai binatang yang buas. Ia menghina dan merendahkan mereka. Ia membayangkan sejumlah makanan yang enak berikut wadahnya yang bersih yang berada di tempat jamuan sebagai batu keras yang kotor dan ia segera merusaknya. Buku-buku yang bernilai serta pesan-pesan berharga yang terdapat dalam majelis dianggap sebagai tulisan biasa dan hiasan yang tidak bermakna, sehingga ia merobek dan melemparkannya ke bawah dan seterusnya. Orang tersebut dan yang sejenisnya tidak layak dikasihi, tetapi pantas mendapatkan hukuman dan celaan.
Santapan malam : Kekhawatiran akan Kebenaran!
Ada banyak lainnya yang layak untuk kita renungkan dari Risalah Nur. Harus diakui kemampuan manusia dalam menafsirkan dunia memang lumayan hebat. Yang paling berbahaya adalah saat kita membiarkan pikiran kita dirasuki angkara murka. Menganggap dunia adalah yang utama, itulah faktor penting timbulnya masalah sosial saat ini.
The Introvert
Santapan siang : Aku ada di keabadianmu!
Ketika ia tidak mampu memikul beban dirinya, ia berusaha membebani pundak dan bahunya yang lemah dengan sejumlah beban dunia yang demikian berat itu. Dengan begitu, ia semakin tersiksa sebelum sampai kepada azab neraka. Orang-orang yang sesat tidak merasakan penderitaan pahit dan siksaan jiwa yang menakutkan tersebut untuk sementara waktu, karena mereka telah mencampakkan diri dalam kubang kelalaian guna menghilangkan kesadaran dan melenyapkan sensitifitas mereka dengan kondisi mabuk. Namun, begitu salah seorang dari mereka sudah dekat kepada liang kubur, tiba-tiba ia merasakannya! Jika tidak menjadi hamba yang tulus kepada Allah, ia akan mengira telah berkuasa atas dirinya sendiri. Padahal, dengan ikhtiarnya yang parsial dan sangat terbatas serta kemampuannya yang tak seberapa itu, ia tidak mampu menata diri menghadapi berbagai kondisi dunia yang demikian keras.
![]() |
Risalah Nur |
Ia melihat sejumlah musuh mengelilinginya; mulai dari mikroba yang paling kecil hingga gempa yang membahayakan kehidupannya dalam kondisi yang menyerang kehidupannya. Ia melihat pintu kubur yang menakutkan baginya pada setiap waktu dalam keadaan ketakutan yang menyedihkan. Saat menghadapi kondisi semacam itu, berbagai kekhawatiran dunia dan keadaan manusia memenatkannya. Pasalnya, ia tidak berfikir bahwa dunia dan manusia berada dalam kendali Dzat Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui, Mahakuasa lagi Maha Penyayang serta Pemurah, dan ia menyerahkan mereka kepada kebetulan dan alam. Padahal, sebagai manusia ia tentu terkait dengan sesama manusia dan dunia. Di samping merasakan kepedihan dirinya, ia juga merasakan kepedihan orang-orang di sekitarnya, seperti gempa, penyakit menular, badai, kekeringan, tingginya harga, serta kebinasaan dan sejenisnya yang menyiksa dia. Semua merupakan musibah dan bencana besar yang suram lagi menyiksa.
Santun pagi : Aku Sungguh... tobat?
Manusia yang berada pada kondisi demikian tidak layak mendapatkan rasa belas kasihan dan kasih sayang. Karena dialah yang justru menyebabkan kondisi yang menakutkan tersebut terjadi, sebagaimana disebutkan dalam Kalimat Kedelapan bahwa seseorang tidak merasa puas dengan kenikmatan yang halal, keinginan yang bersih, hiburan yang menyenangkan, serta tamasya yang dibenarkan bersama orang-orang baik di sebuah taman luas disertai jamuan yang mulia. Ia malah mengonsumsi minuman keras yang haram untuk mendapatkan kenikmatan yang tidak dibenarkan. Lalu, mabuk sehingga terbayang bahwa dirinya sedang berada di sebuah tempat yang kotor di tengah-tengah binatang buas yang siap menerkam. Ia gamang seolah-olah berada di musim dingin, ia pun kemudian menggigil dan berteriak. Ia tidak layak untuk mendapatkan rasa kasihan.
Pasalnya, ia telah menganggap teman-temannya yang baik sebagai binatang yang buas. Ia menghina dan merendahkan mereka. Ia membayangkan sejumlah makanan yang enak berikut wadahnya yang bersih yang berada di tempat jamuan sebagai batu keras yang kotor dan ia segera merusaknya. Buku-buku yang bernilai serta pesan-pesan berharga yang terdapat dalam majelis dianggap sebagai tulisan biasa dan hiasan yang tidak bermakna, sehingga ia merobek dan melemparkannya ke bawah dan seterusnya. Orang tersebut dan yang sejenisnya tidak layak dikasihi, tetapi pantas mendapatkan hukuman dan celaan.
Santapan malam : Kekhawatiran akan Kebenaran!
Ada banyak lainnya yang layak untuk kita renungkan dari Risalah Nur. Harus diakui kemampuan manusia dalam menafsirkan dunia memang lumayan hebat. Yang paling berbahaya adalah saat kita membiarkan pikiran kita dirasuki angkara murka. Menganggap dunia adalah yang utama, itulah faktor penting timbulnya masalah sosial saat ini.
The Introvert
Komentar