Kami para introvert memiliki pandangan lain akan sesuatu. Kami keras kepala dengan itu, karena kami tahu bahwa itulah yang membuat kami bahagia.
Satu tambah dua : Diam dan bernafas
Puisi pertama aku persembahkan untuk si manis yang dahulu pernah menentukan keseriusan kepada seseorang. Berikut puisinya. Siapa sih si manis ini? Bisa tidak kamu ajak bicara dia supaya nggak jadi misteri begini. Tapi terserah dirimulah, di sini aku cuma mencoba meyakinkan diri sendiri bahwa aku nggak percaya kenapa aku mengatakan ini padamu. Bagitu! Nah itu, malu lama kelamaan aku nih...
Ibukota parahyangan : Dreams

Kau pernah lugu berdiri dihadapanku
Merayu bertaut kata-kata indahmu
Untukku!
Untukku!
Kau bilang
: aku wanita yang tersayang!
: aku wanita yang tersayang!
Sejenak, berhasil membuatku bahagia
Katamu!,
Katamu!,
Dunia seperti milik berdua
Aku, kamu dan Cinta kita!
Hingga akhirnya; waktu kembali
membangunkanku dari tidur panjangku
Kebahagiaan yang telah terjadi
Kebahagiaan yang telah terjadi
ternyata semu
Dan kau masuki fatamorganaku
yang kubiarkan berlalu
Sebab aku sadar, menggapaimu adalah ketidakmampuanku
Puisi kedua aku persembahkan untuk si manis yang telah menghampiriku dalam keterasingan hidupku. Berikut adalah puisinya.
Bermimpi : Setinggi langit?
Bermimpi : Setinggi langit?
Dingin serasa menguliti penantianku
Dulu dalam kelam kau pernah menabur janji
Bila malam akan kau tepati
Selarut sunyi tak jua kau berempati
Kemana kau yang selama ini berparas jelita?
Apakah kau telah tenggelam didasar samudera?
Aku masih terdiam disini menatap wajah senja
dengan penuh tanya;
akankah penantianku ini berujung sia-sia,
atau berakhir bahagia?
Idealnya : Ya nggak idealis
Malam ini akan aku tutup dengan puisi ketiga, aku peruntukkan guna mengenang apa yang dahulu pernah aku lakukan. Sebuah kebodohan yang masih sulit aku hilangkan hingga saat ini. Dan berikut adalah puisinya.
Malam ini akan aku tutup dengan puisi ketiga, aku peruntukkan guna mengenang apa yang dahulu pernah aku lakukan. Sebuah kebodohan yang masih sulit aku hilangkan hingga saat ini. Dan berikut adalah puisinya.
Pada ruang paling sunyi
Aku merasakan hadirmu disini
Menemaniku, bahkan saat sendiri
Kau bawa sebongkah kenangan terperih
Aku kembali teringat perihal hati
yang telah kau sakiti
Kau tancapkan sebilah belati
tepat didadaku sebelah kiri
Cukuplah, bila kau hanya datang menghampiri;
lalu pergi lagi
Hati ini bukan untuk sembunyi;
lalu pergi lagi
Nah... itu saja dariku malam ini, aku sambung esok atau di lain hari. Sekian dan terima kasih.
Komentar