Pertanyaan awalnya jelas ; Mengapa setiap diri kita punya nama? Mengapa gak seperti kaum binatang saja, yang dipanggil berdasarkan satu kelompok spesies, misal orang Arab ya semua dipanggil dan dinamakan orang Arab gitu, gak usah spesifik orang Arab punya sebutan nama Yusuf, Ahmed, Ayyub, Salman atau siapa lagi. Mengapa harus ada nama tersendiri? Dan lagi tidak sedikit yang punya nama sama, padahal secara mental fisik berbeda, apakah nanti di Akhirat, nama kita di sini masih berlaku? Apakah kita nanti akan dibuatkan nama baru sesuai amal kita? Lagian nama kita di sini itu cuma sekedar keinginan manusiawi, misal aku sendiri, dinamakan Ridwan oleh kakekku supaya nanti katanya bisa membela beliau kalau mau dilempar ke Neraka. Ya mana berani aku melobi keputusan Tuhan, bisa dibilang bahwa nama itu memiliki kekuatan menekan yang bisa aku rasakan sebagai tekanan batin yang lumayan menyiksa.
Lihat dan pelajari dari gambar pasangan pernikahan itu, mereka punya nama masing masing. Dan nanti mereka punya anak yang juga wajib diberi nama. Dan lagi, mengapa saat menyatukan mereka, harus memakai nama yang menjadi ikatannya, mengapa harus menyebut nama saat menikah? Bagaimana jika di wilayah lain ada yang punya nama persis seperi salah satunya? Bahkan termasuk nama walinya? Gak usah dibahas lagi, yang jelas bahwa ternyata aku penasaran dengan kata terakhirnya si dia, yaitu kata "Pantas".
Manusia memiliki naluri, dan salah satunya adalah bahwa manusia adalah makhluk yang selalu mengincar ketenaran. Bahkan udah di alam kubur saja, nama diusahakan harus terkenang di dunia. Kira kira, nama siapakah yang saat ini paling tenar sedunia? Dan nama siapa yang paling dikenang sampai saat ini? Sangat menyenangkan menjadi manusia, dan lagi ternyata tujuan manusia itu ternyata sangat mulia. Bukan hanya bertindak dan bertutur kata terpuji, berkelakuan sebaliknya saja tetap begitu banyak yang mengenang, setidaknya untuk mewujudkan rasa kewaspadaan. "Kamu jangan begini, nanti kamu bisa seperti dia" begitu contohnya. Lagian itu tidak sepenuhnya berlaku sih, cara yang sama tidak selalu menghasilkan hal yang sama pula.
Dibalik sebuah nama, pasti ada maksud tersiratnya. Pertama setidaknya, kita harus punya reputasi sebaik dam sebanyak mungkin, supaya mendapat penghargaan guna tujuan pasti manusia yaitu dikenal sebanyak mungkin manusia lainnya. Bahkan manusia selain punya nama secara pribadi, ternyata manusia juga bisa berjuang bersama demi tercapainya tujuan kumpulannya, misal saja bahwa orang Jerman sangat spektakuler dalam mengharumkan nama Jerman. Mereka tidak disebut satu persatu namanya, langsung keseluruhan, yaitu orang Jerman. Jadi, reputasi itu aslinya adalah tujuan individu supaya terkenal di kalangan sesama kumpulannya, sedang secara bersama, mereka akan mendapatkan sebuah penghargaan dari kumpulan lainnya. Nah, sebagai manusia yang bisa berdiri sendiri dan juga berdiri bersama, mana yang menjadi tujuan utama kita? Reputasi atau penghargaan?
Menurutku, penghargaan akan senantiasa menjadi bukti hidup yang nyata. Sedang reputasi tiap individunya menjadi saksi yang menguatkannya. Contoh saja kejayaan Majapahit, kemuliaan Daulah Islam, kedigdayaan Mongol, Jerman yang sangat berambisi, Jepang yang serius tinggi, dan lain banyak lagi. Semua tujuan tadi, haruslah didukung oleh reputasi tiap individunya. Alhasil, kayaknya penghargaan itu lebih prestise ketimbang sekedar reputasi. Lakukan yang terbaik untuk kumpulanmu, kayaknya itu yang bijaksana. Tetapi jujur saja, aku ini paling malas kalau suruh mewujudkan ataupun menerima sebuah penghargaan. Mudahnya, aku ini jenis manusia yang takut tenar. Dibalik itu semua, saya ini juga lumayan tau sesulit apa jalan dalam mencapai kesempurnaan penghargaan. Dan makanya dari itu, kadang saya menasehati diriku supaya mau tenar gitu, alasannya cukup sederhana, mengapa aku tak ingin seperti para pejuang penghargaan yang perjuangan terjalnya sangat elok menjadi cerita penghibur dan penghilang duka di waktu senja. Romantis ujungnya.
Cara tiap orang dalam memperjuangkan sesuatu tak akan sama, oleh karena tiap orang juga punya potensi dan kelemahan yang berbeda. Itulah karakter, dan katanya karakter itu bisa dibentuk. Kadang aku berpikir, tega bener siapa saja yang coba membentuk karakter orang lain, itu seperti layaknya wilayah Nusantara yang disuruh menebas seluruh hutan hujannya supaya menjadi gurun demi tercapainya tujuan Islamiyah. Atau juga tanah Turkistan yang coba di tanami Kelapa Sawit demi kebutuhan energi alternatif dunia. Harus inovatif dan berinisiatif super kreatif serta kerja aktif demi terwujudnya manusia yang berkarakter. Oh iya, kadang aku heran juga sih, ternyata tidak semua manusia itu berkarakter, setidaknya sesuai standarisasi hal karakter. Udah jelas bahwa butuh proses panjang dan berbelit dalam rangka memperjuangkan sebuah reputasi, tanya Mahapatih Gajah Mada kalau gak percaya.
Sebagai manusia, setidaknya kita harus belajar tentang sikap disiplin dan kerja keras, kayaknya butuh kemandirian ataupun pendampingan juga. Ada juga yang bilang bahwa untuk berhasil, kita itu butuh nutrisi dari olah rasa sabar dan sikap disiplin. Jadi, yang saat ini punya nama misal 'Muhammad' gitu, musti rajin sabar. Oleh karena manusia juga kadang aneh, kalau dikasih tau bahwa kamu diberi nama ini supaya begini atau dikasih nama begitu supaya begitu juga, malah seringnya yang bersangkutan itu melawan tujuan awal pemberian sebuah nama. Coba nanti yang punya anak, kasih nama anaknya kalau pria ya paling tidak 'Sumanto' gitu, jangan kasih nama Yusuf, supaya nanti tampan gitu, ngabisin duit. Bahasaku gak baku bener ini. Ya setidaknya nama itu juga jadi motivasi tersendiri, kalau nama kita Sumanto, maka kita akan dihakimi sebagai titisan beliau, dengan begitu kita akan menunjukkan bahwa kita tidak seperti yang dikatakan, kita juga bisa mulia, Sumanto di dunia nyata yang saat ini saja juga udah punya reputasi mulia, mengapa kita tidak? Hingga aku sangat terkesan dengan Sumanto, beliau mempunyai dua kisah klasik heroik yang berlawanan. Bukankah beliau adalah manusia yang murni hidup? Dibanding mereka yang hanya punya satu arah tujuan.
Sebagai bahasan terakhir begini, saya sendiri masih permanen aneh dengan arti sebuah nama. Mengapa setiap dari kita harus punya nama? Dan mengapa ada naluri dalam diri supaya mau mengejar ketenaran kita punya nama? Dan unik lagi, ternyata nama juga punya posisi kata yang berbeda dari kata benda atau kata sifat, adakah benda yang memiliki nama manusia umumnya? Atau misal saja bahwa karet itu sifatnya lentur seperti Ridwan, atau kadang ada juga yang menyebut bahwa Ridwan itu panas seperti gurun, setandus Kalahari. Kelakuan para pujangga yang seperti ini. Coba tanya pada beliau Melly Goeslaw, mengapa nama anak anak beliau dikasih nama begitu? Apakah beliau juga termasuk manusia yang penasaran akan arti sebuah nama? Oke, gak usah aku terusin, sudah terlanjur punya nama ya udah.
Jadi, pastikan bahwa segala apa yang kita lakukan maupun katakan, selalu berakibat positif kita punya nama. Dan lalu buat kumpulan kita merasa bangga dan dibanggakan. Dengan begitu, berharap nama kita ataupun kumpulan kita dikenal dan nanti dikenang kehidupan. Ada banyak nama saat ini, bahkan satu orang namanya bisa lebih dari dua, mereka gak tau arti sebuah nama emang, kacau dunia ini. Ada banyak nama yang tak berorang, sedang sejatinya bahwa nama adalah nyawa utama manusia, kita mati tinggal nama. Ada berapa jumlah nama sejak manusia pertama di dunia hingga sekarang ini? Dan berapa persen dari sekian banyak nama tersebut yang punya reputasi? Entah reputasi positif maupun negatif? Setidaknya, kita ini sebagian besar hanyalah peran pembantu dari sandiwara "si ini" maupun "si itu". Hidup ini sangat hangat dan tenteram aku rasakan sebenarnya.
Tadi malam aku mimpi yang sangat menarik, hingga aku berujar bahwa nama itu memiliki arti semenarik arti sebuah mimpi. Aku akan bersabar menanti kejutan di esok hari. Cinta sejati emang gak mudah diperjuangkan, aku rasakan gairah sensasinya. Atau aku akan ditendang orang esok hari? Maka aku tinggal katakan Bye-Bye Girl, sambil menangis sesenggukan. Di hati kecil terdengar bisikan, apa iya kamu Ridwan?
The Introvert, Ridwan

Lihat dan pelajari dari gambar pasangan pernikahan itu, mereka punya nama masing masing. Dan nanti mereka punya anak yang juga wajib diberi nama. Dan lagi, mengapa saat menyatukan mereka, harus memakai nama yang menjadi ikatannya, mengapa harus menyebut nama saat menikah? Bagaimana jika di wilayah lain ada yang punya nama persis seperi salah satunya? Bahkan termasuk nama walinya? Gak usah dibahas lagi, yang jelas bahwa ternyata aku penasaran dengan kata terakhirnya si dia, yaitu kata "Pantas".
Manusia memiliki naluri, dan salah satunya adalah bahwa manusia adalah makhluk yang selalu mengincar ketenaran. Bahkan udah di alam kubur saja, nama diusahakan harus terkenang di dunia. Kira kira, nama siapakah yang saat ini paling tenar sedunia? Dan nama siapa yang paling dikenang sampai saat ini? Sangat menyenangkan menjadi manusia, dan lagi ternyata tujuan manusia itu ternyata sangat mulia. Bukan hanya bertindak dan bertutur kata terpuji, berkelakuan sebaliknya saja tetap begitu banyak yang mengenang, setidaknya untuk mewujudkan rasa kewaspadaan. "Kamu jangan begini, nanti kamu bisa seperti dia" begitu contohnya. Lagian itu tidak sepenuhnya berlaku sih, cara yang sama tidak selalu menghasilkan hal yang sama pula.
Dibalik sebuah nama, pasti ada maksud tersiratnya. Pertama setidaknya, kita harus punya reputasi sebaik dam sebanyak mungkin, supaya mendapat penghargaan guna tujuan pasti manusia yaitu dikenal sebanyak mungkin manusia lainnya. Bahkan manusia selain punya nama secara pribadi, ternyata manusia juga bisa berjuang bersama demi tercapainya tujuan kumpulannya, misal saja bahwa orang Jerman sangat spektakuler dalam mengharumkan nama Jerman. Mereka tidak disebut satu persatu namanya, langsung keseluruhan, yaitu orang Jerman. Jadi, reputasi itu aslinya adalah tujuan individu supaya terkenal di kalangan sesama kumpulannya, sedang secara bersama, mereka akan mendapatkan sebuah penghargaan dari kumpulan lainnya. Nah, sebagai manusia yang bisa berdiri sendiri dan juga berdiri bersama, mana yang menjadi tujuan utama kita? Reputasi atau penghargaan?
Menurutku, penghargaan akan senantiasa menjadi bukti hidup yang nyata. Sedang reputasi tiap individunya menjadi saksi yang menguatkannya. Contoh saja kejayaan Majapahit, kemuliaan Daulah Islam, kedigdayaan Mongol, Jerman yang sangat berambisi, Jepang yang serius tinggi, dan lain banyak lagi. Semua tujuan tadi, haruslah didukung oleh reputasi tiap individunya. Alhasil, kayaknya penghargaan itu lebih prestise ketimbang sekedar reputasi. Lakukan yang terbaik untuk kumpulanmu, kayaknya itu yang bijaksana. Tetapi jujur saja, aku ini paling malas kalau suruh mewujudkan ataupun menerima sebuah penghargaan. Mudahnya, aku ini jenis manusia yang takut tenar. Dibalik itu semua, saya ini juga lumayan tau sesulit apa jalan dalam mencapai kesempurnaan penghargaan. Dan makanya dari itu, kadang saya menasehati diriku supaya mau tenar gitu, alasannya cukup sederhana, mengapa aku tak ingin seperti para pejuang penghargaan yang perjuangan terjalnya sangat elok menjadi cerita penghibur dan penghilang duka di waktu senja. Romantis ujungnya.
Cara tiap orang dalam memperjuangkan sesuatu tak akan sama, oleh karena tiap orang juga punya potensi dan kelemahan yang berbeda. Itulah karakter, dan katanya karakter itu bisa dibentuk. Kadang aku berpikir, tega bener siapa saja yang coba membentuk karakter orang lain, itu seperti layaknya wilayah Nusantara yang disuruh menebas seluruh hutan hujannya supaya menjadi gurun demi tercapainya tujuan Islamiyah. Atau juga tanah Turkistan yang coba di tanami Kelapa Sawit demi kebutuhan energi alternatif dunia. Harus inovatif dan berinisiatif super kreatif serta kerja aktif demi terwujudnya manusia yang berkarakter. Oh iya, kadang aku heran juga sih, ternyata tidak semua manusia itu berkarakter, setidaknya sesuai standarisasi hal karakter. Udah jelas bahwa butuh proses panjang dan berbelit dalam rangka memperjuangkan sebuah reputasi, tanya Mahapatih Gajah Mada kalau gak percaya.
Sebagai manusia, setidaknya kita harus belajar tentang sikap disiplin dan kerja keras, kayaknya butuh kemandirian ataupun pendampingan juga. Ada juga yang bilang bahwa untuk berhasil, kita itu butuh nutrisi dari olah rasa sabar dan sikap disiplin. Jadi, yang saat ini punya nama misal 'Muhammad' gitu, musti rajin sabar. Oleh karena manusia juga kadang aneh, kalau dikasih tau bahwa kamu diberi nama ini supaya begini atau dikasih nama begitu supaya begitu juga, malah seringnya yang bersangkutan itu melawan tujuan awal pemberian sebuah nama. Coba nanti yang punya anak, kasih nama anaknya kalau pria ya paling tidak 'Sumanto' gitu, jangan kasih nama Yusuf, supaya nanti tampan gitu, ngabisin duit. Bahasaku gak baku bener ini. Ya setidaknya nama itu juga jadi motivasi tersendiri, kalau nama kita Sumanto, maka kita akan dihakimi sebagai titisan beliau, dengan begitu kita akan menunjukkan bahwa kita tidak seperti yang dikatakan, kita juga bisa mulia, Sumanto di dunia nyata yang saat ini saja juga udah punya reputasi mulia, mengapa kita tidak? Hingga aku sangat terkesan dengan Sumanto, beliau mempunyai dua kisah klasik heroik yang berlawanan. Bukankah beliau adalah manusia yang murni hidup? Dibanding mereka yang hanya punya satu arah tujuan.
Sebagai bahasan terakhir begini, saya sendiri masih permanen aneh dengan arti sebuah nama. Mengapa setiap dari kita harus punya nama? Dan mengapa ada naluri dalam diri supaya mau mengejar ketenaran kita punya nama? Dan unik lagi, ternyata nama juga punya posisi kata yang berbeda dari kata benda atau kata sifat, adakah benda yang memiliki nama manusia umumnya? Atau misal saja bahwa karet itu sifatnya lentur seperti Ridwan, atau kadang ada juga yang menyebut bahwa Ridwan itu panas seperti gurun, setandus Kalahari. Kelakuan para pujangga yang seperti ini. Coba tanya pada beliau Melly Goeslaw, mengapa nama anak anak beliau dikasih nama begitu? Apakah beliau juga termasuk manusia yang penasaran akan arti sebuah nama? Oke, gak usah aku terusin, sudah terlanjur punya nama ya udah.
Jadi, pastikan bahwa segala apa yang kita lakukan maupun katakan, selalu berakibat positif kita punya nama. Dan lalu buat kumpulan kita merasa bangga dan dibanggakan. Dengan begitu, berharap nama kita ataupun kumpulan kita dikenal dan nanti dikenang kehidupan. Ada banyak nama saat ini, bahkan satu orang namanya bisa lebih dari dua, mereka gak tau arti sebuah nama emang, kacau dunia ini. Ada banyak nama yang tak berorang, sedang sejatinya bahwa nama adalah nyawa utama manusia, kita mati tinggal nama. Ada berapa jumlah nama sejak manusia pertama di dunia hingga sekarang ini? Dan berapa persen dari sekian banyak nama tersebut yang punya reputasi? Entah reputasi positif maupun negatif? Setidaknya, kita ini sebagian besar hanyalah peran pembantu dari sandiwara "si ini" maupun "si itu". Hidup ini sangat hangat dan tenteram aku rasakan sebenarnya.
Tadi malam aku mimpi yang sangat menarik, hingga aku berujar bahwa nama itu memiliki arti semenarik arti sebuah mimpi. Aku akan bersabar menanti kejutan di esok hari. Cinta sejati emang gak mudah diperjuangkan, aku rasakan gairah sensasinya. Atau aku akan ditendang orang esok hari? Maka aku tinggal katakan Bye-Bye Girl, sambil menangis sesenggukan. Di hati kecil terdengar bisikan, apa iya kamu Ridwan?
The Introvert, Ridwan
Komentar