Tanah airku tidak kulupakan
Kan terkenang selama hidupku
Biarpun saya pergi jauh
Tidak kan hilang dari kalbu
Tanah ku yang kucintai
Engkau kuhargai
Walaupun banyak negeri kujalani
Yang masyhur permai di kata orang
Tetapi kampung dan rumahku
Di sanalah ku rasa senang
Tanah ku tak kulupakan
Engkau kubanggakan
Tanah ku yang kucintai
Engkau kuhargai
Pertama, aku buka dengan puisi yang paling lucu menurutku, aku dapat dari hasil pengalaman yang sangat membosankan. Kalau aku pikir ulang, hidupku itu penuh hal yang bosenin, tapi kadang juga menantang. Tinggal gimana kondisi mental ku saat itu saja sih, mudah sebenernya. Yang rumit itu kalau udah mulai berhubungan dengan idealisme orang. Ya karena setiap orang punya idealisme tersendiri sih, nah, begini hasil rangkaian puisinya malam ini ;
Bila dibaca-baca
Aku suka semua!?
kecuali, mereka.
Dia, dia, dan dia itu
Awet elok penuh talenta
Oh iya....
Aku dipilih siapa?
Waktu aku pilih semua
Apa aku nanti dapat mereka?
Satu saja.
Bathara Kala,
mendamba ingin dapat Sinta
Duhai Shri Rama
Mengapa engkau musti ada!
Dan lalu aku berkata, "Maaf, kau bertanya apa? Mohon kencangkan sedikit suaramu agar supaya aku dapat mendengarnya dengan baik." Ada yang menata masa depan, dan lalu udah jelas mereka menjawab begini, 'Mengapa kamu tidak memiliki pandangan yang lebih luas, dan dengan begitu kamu tidak dinilai sebagai orang yang kurang waras.' Kalau kata eksistensialis, aku ini jenis yang absurd. Ya udah gak masalah. Kenapa disebut sebagai penakut jika aku terus berjalan menapaki tujuan ke depan? Tadi aku kena saksi Ibuku, oleh karena hanya masalah air. Katanya bahwa persediaan air, baik air minum atau air kebutuhan lain sangat memengaruhi hidupmu di masa depan. Kalian ingat kisah Sendang Mbrumbung dan Kanjeng Sunan Drajad? Ya semacam itulah air, lagian kita juga tersusun oleh mayoritas air.
Aku punya kisah yang unik malam ini, tentang hakekat seorang manusia. Surya Sengkala atau Suryo Sengkolo. Orang Jawa suka huruf 'O', katakan saja orang Jowo. Mungkin Jowo itu berasal dari kata Jiwo, atau Nyowo. Udah gak ada alasan lain, kalau pulau Jawa tenggelam karena Ratu Kidul ngamuk, kan sekarat dunia ini. Makanya sebut saja Jawa ini nyawanya bumi. Percaya atau nggak bukan masalah.
Dengan ditandai Suryo Sengkolo berbunyi "Truna ing samudera wirayang ji" atau "Segara ombak pinanah tunggal", hal tersebut menunjukkan angka tahun 1544 Saka atau 1622 M. Tau kalian apa saja yang terjadi di belahan bumi lain pada tahun itu? Bagi manusia yang memiliki imajinasi berlebih tentang masa lalu, rasanya mesin waktu adalah alat yang paling menyenangkan. Nanti bisa merusak masa depan lho, kasihan mereka yang dari jenis pemuja impian. Berantakan pastinya.
Menyatakan diri sebagai "Trahing kusumo rembesing madu", ini adalah kalimat nasehat guna sebagai peringatan agar berperilaku tidak memalukan. Dan juga agar supaya tidak merendahkan derajat leluhurnya. Ada sebuah puisi yang berjudul "Wicara Keras", puisi khas pujangga Keraton Surakarta, beliau adalah Kyai Yasa Dipura II, berikut puisi dari beliau ;
".... Ngaku turun Brawijaya, nora digdaya,
Ngaku turun ngulama ora bisa maca kulhu,
Ngaku turun priyagung nalare liwar.
Ora ngerti pa, siji..."
Pojokan jalan dan perumahan, pohon beringin dan pohon asem tak ketinggalan. Dua pohon berjenis mistis khas orang Jowo. Filosofinya aneh, pohon yang berumur panjang, berdaun rindang, dan sangat cocok untuk rumah setan. Sebelum masuk menghuni tempat terpanas keabadiaan, setan harus wajib menikmati kesejukan yang ada di pulau paling tenteram. Kadang aku juga mau berumah atau berteduh di situ juga, tapi aku baru sadar aku ini bukan setan. Kalau ikut Mbah Surono Danu iya, baru itu.
Ada filosofi begini, "Ngupadi barang kang becik". Itulah tanggungjawabku sebagai manusia, sedang bagi setan berbuat buruk adalah hal yang paling mengundang decak kagum senegeri setan. Ibukotanya ada di Jawa kayaknya, tentang tempat pastinya tanya sama Caknun sana. Sebagai manusia, aku punya banyak pilihan, dan parahnya bahwa ternyata manusia adalah makhluk yang tak becus dalam hal pilih memilih. Contoh aja pilihan ketua OSIS dulu, yang paling tampan atau yang tercantik yang menang, sedang aku punya mata aneh tentang pandangan fisik seseorang, syukur. Setelah selesai memilih, jangan lupa bahwa setiap pilihan juga nantinya akan dimintai pertanggungjawaban, gimana coba ini....?
Hidup adalah tentang mencari dan menemukan segala hal. Ngupadi barang kang becik, mutlak menjadi filosofi utama kita sebagai manusia. Kalau udah setuju, apa itu hal yang dikatakan atau diputuskan sebagai hal yang baik? Sesuatu yang udah diketok palu sebagai hal yang buruk, akan nampak sebagai hal yang baik jikalau dijelaskan secara cemerlang. Kalau emang iya, maka hal baik adalah milik mereka yang sangat cemerlang dalam hal menjelaskan. Bertuah untuk menyumpah orang!
Halo... aku ini entah mengapa sangat pandai bersandiwara. Tak pernah aku menjelaskan apapun dengan gamblang, tetapi kelakuanku sangatlah cemerlang. Apakah aku akan menemukan hal yang baik? Mengutip nasehat Gusdur, "Jangan khawatir dengan kenyataan, jika yang kamu lakukan itu bertuah, maka lanjutkan". Adalah aku, dan apakah kelakuanku bertuah?
Oh iya... "Ngupadi barang kang becik!"
The Introvert, Ridwan
Kan terkenang selama hidupku
Biarpun saya pergi jauh
Tidak kan hilang dari kalbu
Tanah ku yang kucintai
Engkau kuhargai
Walaupun banyak negeri kujalani
Yang masyhur permai di kata orang
Tetapi kampung dan rumahku
Di sanalah ku rasa senang
Tanah ku tak kulupakan
Engkau kubanggakan
Tanah ku yang kucintai
Engkau kuhargai
Pertama, aku buka dengan puisi yang paling lucu menurutku, aku dapat dari hasil pengalaman yang sangat membosankan. Kalau aku pikir ulang, hidupku itu penuh hal yang bosenin, tapi kadang juga menantang. Tinggal gimana kondisi mental ku saat itu saja sih, mudah sebenernya. Yang rumit itu kalau udah mulai berhubungan dengan idealisme orang. Ya karena setiap orang punya idealisme tersendiri sih, nah, begini hasil rangkaian puisinya malam ini ;
Bila dibaca-baca
Aku suka semua!?
kecuali, mereka.
Dia, dia, dan dia itu
Awet elok penuh talenta
Oh iya....
Aku dipilih siapa?
Waktu aku pilih semua
Apa aku nanti dapat mereka?
Satu saja.
Bathara Kala,
mendamba ingin dapat Sinta
Duhai Shri Rama
Mengapa engkau musti ada!

Dan lalu aku berkata, "Maaf, kau bertanya apa? Mohon kencangkan sedikit suaramu agar supaya aku dapat mendengarnya dengan baik." Ada yang menata masa depan, dan lalu udah jelas mereka menjawab begini, 'Mengapa kamu tidak memiliki pandangan yang lebih luas, dan dengan begitu kamu tidak dinilai sebagai orang yang kurang waras.' Kalau kata eksistensialis, aku ini jenis yang absurd. Ya udah gak masalah. Kenapa disebut sebagai penakut jika aku terus berjalan menapaki tujuan ke depan? Tadi aku kena saksi Ibuku, oleh karena hanya masalah air. Katanya bahwa persediaan air, baik air minum atau air kebutuhan lain sangat memengaruhi hidupmu di masa depan. Kalian ingat kisah Sendang Mbrumbung dan Kanjeng Sunan Drajad? Ya semacam itulah air, lagian kita juga tersusun oleh mayoritas air.
Aku punya kisah yang unik malam ini, tentang hakekat seorang manusia. Surya Sengkala atau Suryo Sengkolo. Orang Jawa suka huruf 'O', katakan saja orang Jowo. Mungkin Jowo itu berasal dari kata Jiwo, atau Nyowo. Udah gak ada alasan lain, kalau pulau Jawa tenggelam karena Ratu Kidul ngamuk, kan sekarat dunia ini. Makanya sebut saja Jawa ini nyawanya bumi. Percaya atau nggak bukan masalah.
Dengan ditandai Suryo Sengkolo berbunyi "Truna ing samudera wirayang ji" atau "Segara ombak pinanah tunggal", hal tersebut menunjukkan angka tahun 1544 Saka atau 1622 M. Tau kalian apa saja yang terjadi di belahan bumi lain pada tahun itu? Bagi manusia yang memiliki imajinasi berlebih tentang masa lalu, rasanya mesin waktu adalah alat yang paling menyenangkan. Nanti bisa merusak masa depan lho, kasihan mereka yang dari jenis pemuja impian. Berantakan pastinya.
Menyatakan diri sebagai "Trahing kusumo rembesing madu", ini adalah kalimat nasehat guna sebagai peringatan agar berperilaku tidak memalukan. Dan juga agar supaya tidak merendahkan derajat leluhurnya. Ada sebuah puisi yang berjudul "Wicara Keras", puisi khas pujangga Keraton Surakarta, beliau adalah Kyai Yasa Dipura II, berikut puisi dari beliau ;
".... Ngaku turun Brawijaya, nora digdaya,
Ngaku turun ngulama ora bisa maca kulhu,
Ngaku turun priyagung nalare liwar.
Ora ngerti pa, siji..."
Pojokan jalan dan perumahan, pohon beringin dan pohon asem tak ketinggalan. Dua pohon berjenis mistis khas orang Jowo. Filosofinya aneh, pohon yang berumur panjang, berdaun rindang, dan sangat cocok untuk rumah setan. Sebelum masuk menghuni tempat terpanas keabadiaan, setan harus wajib menikmati kesejukan yang ada di pulau paling tenteram. Kadang aku juga mau berumah atau berteduh di situ juga, tapi aku baru sadar aku ini bukan setan. Kalau ikut Mbah Surono Danu iya, baru itu.
Ada filosofi begini, "Ngupadi barang kang becik". Itulah tanggungjawabku sebagai manusia, sedang bagi setan berbuat buruk adalah hal yang paling mengundang decak kagum senegeri setan. Ibukotanya ada di Jawa kayaknya, tentang tempat pastinya tanya sama Caknun sana. Sebagai manusia, aku punya banyak pilihan, dan parahnya bahwa ternyata manusia adalah makhluk yang tak becus dalam hal pilih memilih. Contoh aja pilihan ketua OSIS dulu, yang paling tampan atau yang tercantik yang menang, sedang aku punya mata aneh tentang pandangan fisik seseorang, syukur. Setelah selesai memilih, jangan lupa bahwa setiap pilihan juga nantinya akan dimintai pertanggungjawaban, gimana coba ini....?
Hidup adalah tentang mencari dan menemukan segala hal. Ngupadi barang kang becik, mutlak menjadi filosofi utama kita sebagai manusia. Kalau udah setuju, apa itu hal yang dikatakan atau diputuskan sebagai hal yang baik? Sesuatu yang udah diketok palu sebagai hal yang buruk, akan nampak sebagai hal yang baik jikalau dijelaskan secara cemerlang. Kalau emang iya, maka hal baik adalah milik mereka yang sangat cemerlang dalam hal menjelaskan. Bertuah untuk menyumpah orang!
Halo... aku ini entah mengapa sangat pandai bersandiwara. Tak pernah aku menjelaskan apapun dengan gamblang, tetapi kelakuanku sangatlah cemerlang. Apakah aku akan menemukan hal yang baik? Mengutip nasehat Gusdur, "Jangan khawatir dengan kenyataan, jika yang kamu lakukan itu bertuah, maka lanjutkan". Adalah aku, dan apakah kelakuanku bertuah?
Oh iya... "Ngupadi barang kang becik!"
The Introvert, Ridwan
Komentar