Langsung ke konten utama

Raihan dan Ketepatan

"Tidak usah berbicara semacam itu. Aku tidak percaya bahwa ada yang mengatur alam ini." Ungkapku dengan sikap pongah.

"Sebentar wahai teman, dengar baik-baik! Seandainya kita tidak mengenalnya sudah pasti kita tidak akan beruntung dan tidak mendapat apa-apa. Dan jika hal itu mendatangkan bahaya, sudah pasti bahayanya sangat besar. Sebaliknya, jika kita berusaha mengenalnya, hal itu tidak berat dan tidak menimbulkan kerugian. Justru kita akan mendapatkan banyak manfaat. Karena itu, tidak tepat kalau kita terus tidak mau mengenalnya."

     Mendengar penjelasan tadi, aku segera menyergah, "Aku tidak sependapat denganmu. Aku malah merasa senang jika tidak memikirkan hal semacam itu dan tidak mengenali pencipta hebat yang kau katakan tadi. Aku merasa tidak perlu bersusah payah mencari sesuatu yang tidak dijangkau akal. Bahkan bagiku semua aktivitas ini terjadi secara kebetulan dan terjadi dengan sendirinya. Maka apa urusanku dengannya?

"Duhai temanku, aku khawatir sikap keras kepalamu itu akan membuat kita dan yang lain jatuh ke dalam bencana dan musibah. Bukankah suatu kota dihancurkan akibat sikap bodoh orang yang celaka?

     Sejenak, aku terdiam dan memandangi langit yang mulai tertutup awan hitam.


"Wahai temanku, aku akan menjelaskan padamu sebuah argumen untuk membuktikan bahwa alam indah laksana istana ini, serta kerajaan yang rapi laksana kota memiliki pencipta yang hebat. Dia-lah yang menata semua urusannya, karenanya engkau tidak melihat cacat sedikitpun padanya. Semua makhluk yang bahasanya tidak kita pahami ini hanyalah pesuruh dalam kerajaan-Nya."

"Sampai saat ini, aku sangat penasaran dengan alam yang super luar biasa ini. Cuma, akalku tak pernah mampu menjangkaunya. Aku cuma sadar dengan hal sederhana, seberapa kecil diriku ini?"

"Engkau lalai teman, segala sesuatu dan semua perbuatan ini hanya dapat dilakukan oleh Dzat yang memegang kendali segala sesuatu. Di mana semuanya tunduk pada kehendak-Nya."

"Dan lagi, segala sesuatu telah diletakkan di tempat  yang tepat dengan penuh hikmah. Dengan penataan yang rapi inilah kita merasakan ketenangan dan mendapat banyak kemudahan. Tidak ada yang saling tumpang tindih dan kekurangan sesuatu apapun. Sungguh sangat luar biasa." Lanjutnya.

"Aku sampai berpikir, tentang bagaimana ini semua nanti pada saatnya akan dihancurkan."

"Benar wahai temanku, sekarang adakah yang lebih mustahil daripada sangkaan bahwa segala sesuatu terjadi secara kebetulan? Tidak ada satupun di alam ini yang sia-sia. Segalanya tunduk pada-Nya."

"Selalu aku merenungi tentang mengapa aku diadakan, bagaimana aku diceritakan, dan seperti apa aku nanti dikembalikan. Yang aneh lagi adalah, selalu aku merasakan sesuatu yang aneh kala aku memandang wajahku di cermin. Aku sampai tak punya alasan untuk mengingkari apa yang aku lihat. Semua indera dan bagian dari tubuhku seolah mengawasi dan mempertanyakan tentang diriku. Aku kadang sangat ketakutan."

"Seperti layaknya alam semesta yang mempesona ini duhai teman. Yang mana selalu melihat kepada yang lain sekaligus menolongnya. Saling melengkapi dan juga menyempurnakan. Untuk itulah, segala yang menyusun diri kita haruslah saling merangkul dan membantu satu sama lain. Apa kiranya yang akan terjadi jikalau alam ini mempunyai nafsu, seperti nafsu kita sebagai manusia yang selalu memerintahkan kepada keburukan."

"Sebagai makhluk sekaligus ciptaan yang paling utama di alam ini, mampukah segala ucapanku jujur, adil dan benar? Sementara nafsu seolah panglima yang senantiasa membuat diriku tetap ada."

"Teman, ada kabar baik. Nafsu memang sangatlah luar biasa kuat pengaruhnya. Walau begitu, tampaknya setiap manusia memiliki sesosok manusia lain yang kiranya mampu membuatnya merasa tenang dan perlahan menjauhi nafsu. Sudahkah kau menemukan seseorang yang spesial itu?"

"Aku saat ini sangat menginginkannya. Aku sendiri baru menyadarinya. Sesosok yang layaknya cahaya bagiku, dengan keberadaan cahaya, akan memberi bukti bahwa aku ini siang."

"Semoga engkau lekas memeluk erat cahayamu itu, temanku."


"Sampai detik ini, Engkau telah menyelamatkanku dari sikap keras kepala dan sikap gila, hingga akhirnya jantungku kembali dan semakin merdu menyanyi. Setiap argumen yang kau berikan, masing-masing telah mengantarku kepada kesimpulan terang. Hanya saja, aku tak pernah merasa puas, untuk itulah aku ingin tetap memperhatikan dan menyimakmu. Karena setiap argumenmu selalu membuka cakrawala yang lebih luas dan makin terang bagi diriku untuk mengenal dan mencintaimu dengan setulus hati."
Aku kurang yakin bahwa namaku ini Ridwan, tapi aku dipanggil dengan nama itu. Aku pria, tapi aku memiliki cita rasa wanita. Aku kurang normal, tapi aku yakin tidak gila. Aku hidup, tapi aku tak bernafas dengan hasratku. Gimana ini...?

Komentar