Langsung ke konten utama

Kulupakan


Kami para introvert memiliki pandangan lain akan sesuatu. Kami keras kepala dengan itu, karena kami tahu bahwa itulah yang membuat kami bahagia.

Krakatau 26 Agustus 1883 : Salah Sangka

       Bulan agustus adalah masa di mana hujan enggan turun. Aku tinggal di pulau Sumatera bagian selatan, yang mana hujan di Sumatera cukup vital. Sudah 47 hari tak turun hujan, rumput mengering mati, sungai tak beriak, jalanan panas mencekam. Aku sungguh rindu pada butiran hujan, yang mana membuatku bergairah dan berpeluk basah tanpa ada celah yang tak basah. Seperti Deja Vu... apa aku pernah menulis seperti ini, ya? Yang jelas, kerinduan akan keromantisan hujan telah mengilhami diriku untuk menyusun larikan bait puisi. Dan berikut aku sajikan kenikmatan sepenggal puisi, ingat loh... puisi itu walaupun singkat, tapi kenikmatan kala membacanya begitu terasa. Tentu berbeda dengan cerpen dan cerita sejenisnya. Mari nikmati puisi dari diriku yang cupu ini. Kalau masalah judul, entah mengapa aku merasa aneh dengannya! Apakah judul puisi itu memang penting? Aku rasa harusnya semua puisi itu tak berjudul.

Malin Kundang vs Ibundo : Cerita diakhir hayat



Ketika parasmu lagi
yang hadir dalam mimpi!
Runtuh dinding emosi!
Tersisa perasaan yang mengerti.

Mengharap kehadiranmu
Memeluk erat dirimu
Hancurkan dinding rindu yang sepi
Hingga terasa mimpi abadi
Ikuti irama melodi
Ingin 'ku maut yang mengakhiri

Duhai pujaanku!
Engkaulah hasratku!
Kegembiraanku!
Kegilaanku!
Andai kau mau?
'Ku ingin beritahu,
Aku terpesona olehmu.

Tak kuat 'ku ingin berontak
Jelas hadirku tak bisa kau tolak
Aku makin tersentak,
Nyata, cintamu tak nampak.
Koyak...
Kau tau?!
Hasratku.

Parasmu kian menggauli
Tak kutemukan pelipur
Aku sungguh menikmati
Cerita rindu kala tidur


Bidadari : Laskar Pelangi


Nyatanya : eksistensialisme

       Aduh... jika diingat kembali, sungguh kasihan dan bodoh aku ini, telah aku lakukan segala yang membuatku bersemangat tentangnya. Tapi, lumayanlah kesedihan akhirnya. Bagaimana hal semacam ini mencengkeram diriku, kehadiran dalam mimpiku membuat dirimu selalu di ingatan, kehadiranmu tak ayal macam hantu, dan ketakutanku kau kabulkan. Akhirnya, aku sadar akan satu hal; manusia jelata akan selamanya memuja, sedang engkau terlalu tinggi untuk beta punya kasta. Ucapkan saja selamat tinggal, itu akan membuatku lega. Ternyata pesonamu masih membuat diriku dilema. Bahkan aku tak mampu bercanda untuk hal yang harusnya tak ku cekal. Selamat tinggal, semoga kau segera dibawa makhluk astral yang tak ku kenal. Kau telah membuat rinduku makin kekal, sungguh nakal, amoral. Haruskah kau aku hajar? Dalam mimpi yang masih tak mau buyar.

The Introvert
Aku kurang yakin bahwa namaku ini Ridwan, tapi aku dipanggil dengan nama itu. Aku pria, tapi aku memiliki cita rasa wanita. Aku kurang normal, tapi aku yakin tidak gila. Aku hidup, tapi aku tak bernafas dengan hasratku. Gimana ini...?

Komentar