Langsung ke konten utama

Kurang Kerjaan

     Apa yang terjadi kiranya aku dilahirkan di metropolitan? Jadinya penasaran. Lagipula, apa yang menarik di sana? Dan walau nyatanya aku lumayan tertarik. Jikalau hidup ini tentang keberhasilan dalam mengejar impian ideal, maka tempat hidup bukanlah masalah. Lain lagi jika hidup ini tentang kepuasan naluriah, maka metropolitan adalah idaman. Ini adalah bentuk apa yang aku namakan pemberontakan idealisme. Dengan diriku yang mendambakan sebuah kebebasan dalam hal apapun, maka saat ini adalah hal yang paling membosankan. Meskipun aku juga tau bahwa tempat yang seperti inilah yang aku sangat butuhkan. Jantung kesosialan adalah ekonomi, dibutuhkan kecerdasan untuk itu. Dengan orang desa yang lumayan goblok, maka pesugihan menjadi idaman yang dikejar. Inilah yang paling aku benci.

     Kabar baiknya, generasi saat ini makin liberal dan pekerja ulet. Walau kadang ada juga yang masih lumayan goblok juga. Ditambah tantangan mereka saat ini juga makin berat dan tambah rumit karena generasi tua masih cerewet. Dengan konsumsi yang meningkat, aku kira generasi saat ini mencoba mencari apa yang kiranya dibutuhkan guna memenuhi hasrat mereka. Dengan kecerdasan yang belum lulus benar, apa yang terjadi nanti?

     Mengapa juga aku ini terlalu khawatir, padahal kenyataannya bahwa aku ini cuma manusia yang entah ada atau tidak. Seru kalau bahas masalah diriku ini. Untung ini bukan ilmu komunikasi, jadinya gak perlu fokus pada orang lain. Tak disangka aku tumbuh jadi seperti ini, makin jadi penasaran bagaimana aku setelah ini. Pada dasarnya semua yang aku dambakan itu gak pernah ada yang kesampaian. Udah jelas aku ini hidup di antara bintang-bintang. Itu kata Bung Karno. Padahal aslinya aku ini hidup di antara binatang-binatang lho bung.

     Begini dulu, mengapa semua rencanaku selalu gagal? Dan ketika diganti dengan keberhasilan lain yang tak ku sangka, malah kupikir kok rencana penggantinya lebih nikmat? Jadinya aku sekarang lebih suka pasrah aja lah kalau gini.

     Terlebih dengan diriku yang terlalu peduli dengan perekonomian, tetapi mengapa pikiran mereka cuma kepuasan materi, pesugihan, kemalasan, dan semua hal yang menjerumuskan pada lemahnya perekonomian.

     Sebagai akhir perlawanan, apa yang harus aku lakukan dan bicarakan supaya mereka makin terbentuk pikiran yang matang? Aku ini sungguh benar kurang kerjaan.

Aku kurang yakin bahwa namaku ini Ridwan, tapi aku dipanggil dengan nama itu. Aku pria, tapi aku memiliki cita rasa wanita. Aku kurang normal, tapi aku yakin tidak gila. Aku hidup, tapi aku tak bernafas dengan hasratku. Gimana ini...?

Komentar