Langsung ke konten utama

Kalau mau kharismatik, siap dengan banyak soalan. Aku mau tulis judul yang super panjang, sepanjang perjalanan manusia yang aslinya cuma khawatir tentang kehidupan berikutnya. Maknanya, makan dan minum adalah yang utama dalam hidup di dunia. Akan berbeda jika bekerja dan bersenda tawa penuh kesantunan adalah bentuk ibadah yang diutamakan. Tolong utarakan ini padaku nanti di kemudian kehidupan. Tetapi apa iya aku membutuhkan?

"Aku maklum, aku kan hewan kecil. Mau menolak juga nggak bisa, tapi ...."

"Kenapa Cil ....?"

"Sebelum aku mati, izin kan aku minta satu hal!"

"Apa itu Cil ...."

"Biarkan aku mencari makanan barang sebentar saja di sekitar sini, aku akan makan daun atau Buah apa saja, syukur kalau ketemu mentimun."

"Baiklah, Cil. Permintaan terakhir mu ku kabulkan."

"Terima kasih pak Macan yang baik, nah sekarang ... tolong pejamkan matamu sebentar saja!"

"Lho ... ? Kok pakai pejamin mata segala sih Cil?"

"Iya, Can... seperti main petak umpet gitu, seru kan?"

"Baiklah Cil, ku pejamkan mataku."

Lalu, Kancil berlari sekuat tenaganya.


      Satu sifat yang sangat unik, yaitu kharismatik. Beruntunglah bagi sesiapa yang dianugerahi sifat tersebut. Aku sendiri sering bertemu dan berbincang dengan mereka yang berkharisma. Benar benar keturunan Mangkunegara, seluruh ucapan sederhana maupun seriusnya banyak digubris manusia, walau begitu aku tak peduli sangat dengan mereka. Cuma sekedar suka mendengar semua ucapannya, karena memang sangat hebat sekali. Aku sendiri sangat tau bahwa mereka yang berkharisma itu tak lah pandai di lapangan utama. Namanya juga manusia, tidak ada yang lebih dalam segala hal.

Jika dihitung, aku paling banyak membunuh nyamuk. Untung nggak ada soalan pembunuhan nyamuk di hari perhitungan. Malahan, aku suka mengecat pakai darah si nyamuk di mana saja aku bunuh dia. Di buku yang utama, kan karena darahnya terlihat jelas, padahal itu aslinya darahku sendiri. Udah jelas bahwa nyamuk itu parasit.

     Selayaknya orang idiot, seperti itulah mereka yang suka dan pandai di lapangan utama. Kala mereka bicara coba menjelaskan apa yang jadi penemuannya, padahal mereka udah susah payah menjelma, malah tak ada yang memahami nya. Masih untung kalau tak disangka gila. Aduh, begitu mengecewakan. Orang yang macam ini harus dinilai dengan mata, walau aslinya mereka suka mencolok mata sesiapa yang coba menjuri nya. Nggak normal kan?

     Nah, begini saja, nggak usah khawatir dengan apa yang nanti dilakukan dan ataupun menimpa mereka. Lagian udah sejak dahulu kala, kita ini ya begini. Cuma beda secara kualitas sebab akibat. Cuma kadang aku heran juga, sebenarnya mereka itu peduli nggak sih? Kan aneh juga, kayaknya mereka itu tak ayal tak punya akal, nanti kalau terus begitu akan jadi soal.

Aku kurang yakin bahwa namaku ini Ridwan, tapi aku dipanggil dengan nama itu. Aku pria, tapi aku memiliki cita rasa wanita. Aku kurang normal, tapi aku yakin tidak gila. Aku hidup, tapi aku tak bernafas dengan hasratku. Gimana ini...?

Komentar