Hilangkan pandangan makhluk padamu dengan pandangan Allah. Lupakan sambutan mereka dengan menyaksikan sambutan-Nya padamu. Singkirkan pandangan makhluk kepadamu, jangan menoleh kepada pandangan mereka terhadapmu. Jangan mencarinya, jangan pula pernah terpikir olehmu untuk mendapatkannya. Jauhkan pandangan mereka itu dari dirimu, jauhkan ia dengan pandangan Allah terhadapmu! Hendaknya yang kauharap dan kaucari hanyalah pandangan Allah terhadapmu.
Kalian bisa menjadi seperti yang diamanatkan beliau? Sangat mustahil! Bisa saja aku menyalahkan lingkungan dalam hal ini, namun nyatanya sejak dini manusia zaman sekarang sudah dikerubungi segala hal yang nantinya akan mendikte pada sifat pembuktian. Nafsu manusia yang paling utama memanglah untuk supaya manusia lain tau ini loh saya, dan nyatanya memang ada kepuasan tersendiri setelah orang lain mengetahui kita punya kelebihan, apalagi sampai memberi pujian, walah pasti malah makin ketagihan. Terlebih saat ini ada media sosial, aku pun juga kadang menunjukkan apa yang kiranya ingin aku dudohkan, niat dalam hati sih supaya orang lain tau bagaimana kondisi sosial ekonomi maupun aktivitas rutin di daerahku. Tak bisa dipungkiri juga, bahwa saya pun ada ketertarikan dengan apa yang dilakukan orang-orang di daerah lain sana, terutama tentang bagaimana Gusti Allah memberi penghidupan pada mereka. Dan nyatanya mereka juga hidup, itu pun sudah menjadi hal luar biasa bagiku. Untuk bisa menjadi manusia yang bersyukur, jalan utamanya adalah dengan tak memandang orang lain maupun ingin dipandang orang lain. Hal ini sangatlah amat sulit untuk bisa dicapai, kalau saya sendiri yang jadi tantangan adalah pandangan dari orangtua, diriku selalu pengen dipandang orangtua dalam segala hal, terlebih hal yang baik. Dan uniknya lagi, saya ini sangat was was dengan ibadah yang sifatnya berjamaah, pasti di dalam saya punya hati pasti ada niat kemakhlukan, tentu bagi siapa yang mampu berjamaah dengan niat mengharap pandangan murni dari Allah adalah sangat mulia. Dan bagi sesiapa yang berpura-pura pastilah rugi nantinya.
Adapun orang yang berakal cerdas dan luas, ia tidak akan cenderung, kecuali kepada sambutan Allah terhadapnya, tanpa peduli dengan celaan atau hinaan orang-orang kepadanya. Tak ada yang rida dengan sambutan makhluk kepada dirinya, kecuali orang yang berakal sempit dan bertekad rendah. Hal itu dikarenakan, keridaan manusia merupakan sesuatu yang tak bisa diketahui dengan pasti. Seorang bijak berkata, "Orang yang tulus adalah orang yang tidak peduli jika seluruh kehormatannya sirna dari hati makhluk demi meperbaiki hatinya. Ia tidak suka jika manusia mengetahui walau sebiji sawi kesalehan amalnya, dan tidak benci jika mereka mengetahui keburukan amalnya. Jika ia benci keburukannya diketahui, itu pertanda bahwa ia berharap lebih dari manusia. Dan hal ini bukanlah bukti keikhlasan." Ciri khas orang arif adalah tidak pernah merasa terasing, tidak pula merisaukan segala hal. Bahkan sampai ia akan mengabaikan diri dan inderanya sendiri, ia tidak akan melihat dirinya berwujud. Mereka ini telah mendapatkan maqam keabadian. Mereka melihat makhluk sekaligus melihat Sang Khalik. Mereka melihat Sang Khalik tampak pada segala sesuatu dan berada di sana. Kehendaknya hanya kepada Allah. Yang membuat Allah terhijab darimu adalah karena kedekatan-Nya yang amat sangat kepadamu, sementara mata batinmu mampu menerimanya. Berbeda dengan yang bermata batin lemah, cahaya-Nya yang amat dahsyat malah akan membuat tertutup kita punya mata, sehingga inti dan hakikat tidak diketahui.
Jangan kautujukan permintaan dan amal salehmu kepada-Nya untuk mendapatkan karunia-Nya. Jangan pula kauyakini bahwa semua permintaan dan amal salehmu itu adalah sebab datangnya karunia, sehingga pemahamanmu tentang Allah dan hikmah-Nya dalam memerintahkan hamba-Nya untuk berdoa menjadi berkurang. Akan tetapi, jadikanlah permintaanmu sebagai bentuk penghambaanmu kepada-Nya atau untuk menampakkan status kehambaanmu yang hina, lemah, dan amat membutuhkan pertolongan-Nya. Untuk menjadi hamba yang sejati, kita harus paham tentang kerendahan diri dan juga ketundukan. Pahamilah bahwa Allah memerintahkan kita berdoa dan meminta adalah untuk menampakkan rasa butuh manusia kepada-Nya. Bahwa doa adalah sebab tercapainya permintaan kita, maka hal itu bukanlah pemahaman orang-orang arif tentang Allah. Amat buruk jika seorang hamba memalingkan wajahnya dari pintu Tuhannya setelah Dia memenuhi segala keinginannya. Semoga mata batin kita semakin sehat demi menjadi hamba yang sebenarnya.
Komentar