Langsung ke konten utama

Keunggulan Bangsa Tartar

      Pada mulanya Bukhara adalah ibukota negeri-negeri Transoxania. Kemudian, kota ini dihancurleburkan oleh manusia terlaknat, dari suku bangsa Tartar, yang bernama Jenghis Khan, yang merupakan nenek moyang raja-raja Irak saat ini. Hanya sebagian kecil masjid dan madrasahnya yang masih bertahan. Seperti itulah Ibnu Batutoh menuliskan mengenai sepak terjang Jenghis Khan dan bala tentaranya. Era penaklukan pimpinan Jenghis Khan adalah antara akhir 1100-an Masehi hingga awal 1200-an Masehi, sementara Ibnu Batutoh berkelana di pertengahan 1300-an Masehi. Masa itu tentu saja budaya Mongol warisan Jenghis Khan masih begitu mendominasi, hal itu disebabkan zaman dulu memang dalam urusan perubahan sosial sangatlah lambat. Dari penuturan Ibnu Batutoh sendiri, beliau untuk berpindah dari satu daerah ke daerah lain membutuhkan waktu berminggu-minggu. Naik kuda itu paling mewah dan cepat, seringnya beliau naik unta malah, dan di perjalanan sering ada perampok. Kalau saya pikir, masa itu manusia benar-benar murni mengalami yang namanya perjuangan bertahan hidup. Belum lagi kalau sampai berbuat salah, dan dihadapkan pada yang mulia Raja, bisa hilang kita punya kepala dengan mudahnya, kasus hukuman mati yang paling membuatku merinding adalah penuturan Ibnu Batutoh tentang pria yang dihukum mati dengan cara disalib di tengah pasar dan jasadnya dibiarkan di situ sampai 3 hari. Padahal salah si pria nya tidak begitu berat. Zaman itu memang pembunuhan begitu sangat lumrah. Bahkan Ibnu Batutoh sendiri pernah membunuh kawanan perampok, lalu kepala-kepala perampok tersebut di bawa ke pasar untuk ditancapkan di pagar. Bayangkan kalian mengalami masa itu?

     Kembali pada bagsa Tartar menurut penuturan Ibnu Batutoh. Jenghis Khan asalnya adalah seorang tukang besi dari negeri Khatha. Ia adalah sosok manusia kuat dan dermawan. Ibnu Batutoh menceritakan Jenghis Khan seperti ibarat kita saat ini menceritakan sosok yang terpaut satu abad dari sekarang, berarti sosok yang hidup di awal tahun 1900-an Masehi, tapi bukan Sukarno, masalahnya saat itu Sukarno baru bocah, kalau tokoh Eropa mungkin saja Tsar Nicholas II atau Kaisar Wilhelm II yang saat itu kedua tokoh ini punya proyek besar di Eropa yang mana saat ini proyek tersebut dianggap proyek jahat. Hanya saja proyek Jenghis Khan kala itu sukses, bukan gagal seperti mereka. Walau begitu, Ibnu Batutoh menilai proyek Jenghis Khan beserta bangsa Tartar adalah bencana bagi umat Muslim kala itu. Ada juga sih dari kalangan Muslim sendiri yang mengatakan jikalau kondisi muslim waktu itu tidak mengalami kemerosotan budi, terutama kalangan pemimpin, maka usaha tentara Tartar tak akan berhasil. Buktinya, Saifuddin Qutuz mampu membereskannya dengan sangat gemilang. Seperti itulah, yang jelas dalam hal menghakimi tingkah manusia, Ibnu Batutoh sangatlah adil, bahkan beliau tak hanya mengecam sosok Jenghis Khan, beliau juga memujinya sebagai pribadi yang dermawan. Kalau saya baca jalan hidup Jenghis Khan, malah penilain saya nggak adil, selalu saya memberi tepuk tangan pada beliau, bisa dibilang apa yang beliau lakukan terhadap kaum muslim saat itu adalah bentuk teguran keras dari Gusti Allah, kalian baca sajalah kondisi muslim masa itu, rakyat kecil hidup dengan sangat sengsara, sementara kehidupan istana banyak alaynya. Pernah saya baca penuturan pemimpin para Wali, Abdul Qadir Al-Jailaini, yang mana saat itu adalah masa kekuasaan akhir sebelum Jenghis Khan dan bala tentaranya mengamuk, kondinya begitu menyengsarakan, pokoknya ibarat zaman Majapahit akhir lah. Yang enak cuma kalangan petinggi doang.

     Alkisah, Jenghis Khan setelah mampu mengalahkan raja Khatha dan juga raja Cina, beliau mengirim para pedagangnya menuju negeri Athrar, para pedagang membawa pakaian sutra khas Khatha dan juga sutra Cina. Sampai di negeri Athrar para pedagang menghadap Sultan Jalaludin guna meminta izin berdagang di wilayahnya. Sialnya, Sultan Jalaludin malah memerintahkan tentaranya merampas harta para pedagang tadi, lalu memotong anggota tubuh mereka, dan anggota tubuh yang termutilasi tersebut dikembalikan pada Jenghis Khan. Demikianlah, Allah Ta'ala menghendaki kesengsaraan beserta bencana bagi kaum muslimin di kemudian hari. Tentu saja, mengetahui para pedagangnya diperlakukan sedemikian rupa, Jenghis Khan langsung menyiapkan pasukannya dalam jumlah yang sangat besar, banyaknya tak terhitung. Tujuan utama Jenghis Khan sangat jelas, beliau dan pasukannya berniat menghancurkan negeri-negeri Islam. Penguasa negeri Athrar juga segera mengirim telik sandinya guna mengetahui seperti apa kekuatan tentara Tartar pimpinan Jenghis Khan. Mata-mata tersebut menyamar sebagai pengemis, namun ia tidak menemukan seorang pun yang memberinya makan, lalu ia mendatangi rumah seorang pria, namun ia tetap tak mendapatkan sesuap makanan. Entah apa alasan bangsa Tartar tak mau memberikan makanan. Yang jelas si mata-mata tak lagi sanggup dan segera pulang ke negerinya. Ia menyampaikan apa yang dilihatnya kepada tuannya, bahwa tiada kekuatan apa pun yang mampu membendung serangan tentara Jenghis Khan. Dan semuanya sudah terlambat, Jenghis Khan bersama pasukannya menyerang negeri Athrar. Sultan Jalaludin sendiri turun tangan bersama seluruh pasukannya, dan terjadilah perang besar yang belum pernah terjadi sebelumnya di dunia Islam. Perang berakhir dengan kemenangan Jenghis Khan, ia dan pasukannya membunuh para lelaki dan menawan wanita dan anak-anak. Transoxania pun dihancurkan, kota Balkh, Bukhara, dan Samarkand  ikut dihancurkan, namun penduduknya diampuni, malah kota Turmudz diluluh-lantakkan dan tak mampu bangkit kembali.

     Seperti itulah Ibnu Batutoh menceritakan sepak terjang Jenghis Khan. Orang-orang yang hidup setelah era Jenghis Khan seperti misal Ibnu Batutoh, memang menggambarkan tentara Tartar sebagai tentara yang begitu bengis. Bahkan peraturan suci yang disusun oleh Jenghis Khan juga menjadi panutan bagi pemimpin setelah era Jenghis Khan. Kita bisa bayangkan sendiri seperti apa pengaruh Jenghis Khan di kalangan pemimpin kala itu. Melanggar aturan Jenghis Khan saat itu hukumannya sangat berat. Kalau membaca penaklukkan oleh pasukan Mongol memang sangat ngeri, apalagi setelah Jenghis Khan wafat, anak cucu beliau malah lebih kejam dalam berperang. Contoh saja sewaktu Hulagu Khan memperlakukan Khalifah terakhir Abbasiyah. Kalian tau seperti apa kekayaan khalifah terakhir Abbasiyah kala itu? Saya saja begitu heran, namun tentu saja anehnya tetap saja masyarakat waktu itu masih menghormati khalifahnya. Mungkin kalau saat ini ibaratnya seorang pemimpin yang sangat kaya raya dan berkuasa terhadap seluruh yang dipimpinnya. Tentu saja, saya sangat setuju bahwa kehancuran Islam waktu itu adalah kesalahan para pemimpinnya sendiri. Setelah Hulagu Khan menguasai Abbasiyah, ia menangkap sang khalifah dan menyita seluruh hartanya. Hulagu dan pasukannya menemukan sebuah kolam besar di tengah istana yang isinya adalah emas semua, batangan emas betulan, bukan main-main, setiap batangan emas beratnya seratus mitsqal, yang mana 1 mitsqal adalah 6,22 gram. Dan di kolam besar tadi ada banyak batangan emas. Selesai dengan emas, Hulagu Khan  memerintahkan pasukannya untuk menghitung seluruh istri beserta selir sang khalifah, jumlahnya ada 700 perempuan. Untung semuanya perempuan. Plus seribu pelayan yang juga kesemuanya adalah perempuan. Bayangkan jika kita punya pemimpin seperti ini. Tetapi memang seperti itulah sejarah sebuah kerajaan di era manapun, di awal memang sangat mempesona, namun lama-kelamaan isinya cuma seremonial belaka. Apalagi pas saya baca sejarah pernikahan putra atau putri raja, walah pengen muntah aku rasanya.

     Seperti kita ketahui, bagsa Tartar memang sangat menyukai perang dan kekuatan. Seperti apa yang dikatakan oleh Hulagu Khan kepada khalifah terakhir Abbasiyah setelah tertangkap. Hulagu yang mendengar laporan bahwa khalifah lapar, segera mengirim makanan, namun satu piring isinya emas semua. "Bagaimana mungkin aku bisa memakan emas?" protes khalifah. Hulagu Khan malah menjawab dengan entengnya, "Jika kamu tahu bahwa emas itu tidak bisa dimakan, lalu mengapa kamu menyimpannya dan tidak membagikannya kepada para prajuritmu  agar mereka lebih bersemangat menjaga kerajaanmu ini dari serangan pasukanku? Mengapa kamu tidak mencabut pintu-pintumu yang terbuat dari baja itu dan mengubahnya menjadi tombak, lalu kamu bergegas menuju pesisir sungai Jayhun untuk menghalau kedatangan pasukanku agar tidak dapat menyeberangi sungai?" Khalifah menjawab, "Inilah takdir dari Allah." Tentu saja, jawaban khalifah membuat geram Hulagu Khan yang langsung membentaknya, "Begitu juga dengan apa yang akan terjadi pada diri kamu nantinya, itu semua adalah takdir dari Allah!" Anehnya, kedua pemimpin tersebut malah membahas takdir, ya memang seperti itulah ciri khas manusia, suka membawa-bawa takdir dalam hal kepepet. Kalian tau bagaimana cara Hulagu Khan mengakhiri hidup khalifah? Tentu saja, Jenghis Khan sangat melarang anak cucunya menumpahkan darah siapapun yang masih memiliki darah bagsawan. Begitulah bangsa Mongol, kalau rakyat biasa selalu dibantai penuh darah, beda sama bangsawan. Pilihannya biasanya dicekik sampai mati atau pokoknya jangan sampai pakai senja tajam kalau mengeksekusi. Akhirnya Hulagu memerintahkan, si khalifah dimasukkan dalam karung lalu pasukan naik kuda dan terinjak-injaklah tubuh khalifah dalam karung oleh si kaki kuda.

Pertanyaannya, bagaimanakah nasib emas satu kolam yang susah payah dikumpulkan para khalifah selama lima abad lamanya?

Aku kurang yakin bahwa namaku ini Ridwan, tapi aku dipanggil dengan nama itu. Aku pria, tapi aku memiliki cita rasa wanita. Aku kurang normal, tapi aku yakin tidak gila. Aku hidup, tapi aku tak bernafas dengan hasratku. Gimana ini...?

Komentar