Abu Hasan Asy-Syadzili memiliki penjabaran spektakuler pasal cinta, yang mana hal ini sangatlah penting di masa yang saat ini seolah semua manusia termakan yang dinamakan cinta. Kasihan para pemuda pemudi yang keblusuk terjebak pontang panting hanya karena sok tau masalah cinta. Coba saja kalian perhatikan secara mendalam ulasan Asy-Syadzili tentang cinta, berharap kalian bisa lebih tenang dalam masalah cinta. Abu Hasan Asy-Syadzili menuturkan: Teruslah berada dalam keadaan suci dari syirik. Setiap kali berhadas, hendaknya kau langsung bersuci. Jangan sekali-kali menyekutukan Allah dengan sesuatu. Teruslah menjaga kesucian dari kotoran berupa cinta kepada dunia. Setiap kali engkau cenderung mengikuti syahwat, maka perbaikilah dengan cara bertobat atas apa yang engkau rusak atau hampir merusaknya dengan hawa nafsu. Kita tau, kita ini kebagian hidup di akhir zaman, yang mana hal ini memaksa diri kita sangat menderita. Kalau kita hidup pada masa silam sebelum sebuah kabar menyebar dengan cepat, fisik kita yang begitu menderita, oleh karena perang yang tiada akhirnya. Kalau kita tengok masa akhir Abbasiyah, banyak sekali penyembelihan ataupun pembantaian manusia. Begitulah kehidupan, yang mana manusia tidak akan mampu menanganinya dengan baik.
Kalian tau, saat ini sangat mengerikan kalau dilihat secara pola pikir dan angan-angan ataupun tingkah polah manusia, mereka semakin kental dengan ciri khas manusia. Kita ini makhluk buangan yang mana di tempat buangan ini kita harusnya berusaha melayakkan diri supaya nanti pulang dapat sambutan. Tetapi, jika dinilai secara lebih ideal, memang harusnya manusia pada zaman akhir memang harus begini, kalau tidak maka kasihan para Iblis dan ponakannya. Yang jadi harapanku, semoga diriku tidak menjadi satu diantara mayoritas manusia saat ini, cara paling tepat adalah dengan menjauh. Walau begitu, sebagai manusia biasa yang darahnya menjadi tempat berenang para setan, tentu diriku penuh dengan hambatan dalam rangka pulang dengan ketenangan. Kalian tau, hal yang paling menakutkan saat kita meninggalkan dunia adalah rasa cemas dan penyesalan, syarat mutlak supaya di kuburan bisa jalan jalan adalah dengan menanamkan rasa cinta pada Allah Ta'ala. Dan tentunya, butuh banyak keberuntungan untuk hal tersebut.
Kembali lagi Asy-Syadzili melanjutkan; Senantiasalah berada dalam cinta kepada Allah yang dibalut dengan pengagungan dan kesucian. Habiskanlah minumanmu, baik dalam keadaan mabuk maupun sadar. Jika engkau sadar kembali, minumlah hingga mabuk dan sadarmu ada bersama-Nya, hingga engkau melebur dengan keelokan-Nya, lepas dari cinta, anggur, minuman, dan gelas-Nya karena disilaukan oleh cahaya keindahan-Nya dan kesucian keagungan-Nya yang sempurna. Mudah-mudahan saja aku sedang berbicara kepada orang yang tidak mengetahui apa itu cinta, minuman (anggur), bejana, sadar, dan mabuk.
Kemudian, seseorang menimpalinya, "Benar, banyak sekali orang tenggelam dalam sesuatu, tetapi ia tenggelam bukan karena sesuatu itu. Maka dari itu, aku mohon kepadamu untuk memberitahuku sesuatu yang tidak diketahui, atau menyadarkanku akan anugerah yang diberikan kepadaku yang telah aku lalaikan."
Sebaik-baik cinta yang diberikan Allah Ta'ala adalah hati yang cinta terhadap sesuatu yang diperlihatkan kepadanya; cahaya keindahan, sucinya kesempurnaan, dan keagungan-Nya. Minuman cinta adalah menyatukan satu sifat dengan sifat lain, akhlak dengan akhlak, cahaya dengan cahaya, asma dengan asma, sifat dengan sifat dan perbuatan dengan perbuatan. Bagi orang yang dikehendaki Allah, penglihatannya akan menjadi luas. Minuman (anggur cinta kepada-Nya) dapat menyegarkan hati, sendi-sendi, dan nadi-nadi. Ia meminumnya hingga mabuk. Kesempurnaan dalam meminum anggur cinta dilakukan dengan peleburan diri setelah sebelumnya melakukan pelatihan dan penyucian jiwa. Dengan demikian, masing-masing orang meminum sesuai kadarnya. Sementara dari mereka ada yang meminum tanpa perantara, sehingga Allah Ta'ala sendiri yang memberikan-Nya (minuman cinta tersebut). Sebagian lagi ada yang meminum dengan menggunakan mediator seperti Malaikat, Ulama, dan dari orang-orang yang dekat dengan-Nya. Malah sebagian lagi ada yang mabuk dengan hanya melihat cawan, padahal dia belum mencicipi anggur tersebut. Lantas, bagaimana jika ia telah mencicipi, lalu meminum dan merasakan kesegarannya, lalu mabuk kepayang karenanya? Jika keadaan setelah mabuk adalah demikian, maka begitu juga dengan keadaan sadar. Tentu, diriku sebagai orang awam tak mungkin lah mampu menelan dengan matang seluruh penjelasan beliau tadi.
Ditambahkan oleh beliau; Gelas atau cawan digunakan untuk mengetahui Yang Mahabenar. Engkau dapat mengetahui makrifat karena minuman yang suci, murni, dan bersih. Tentunya bagi hamba-hamba-Nya yang istimewa dan yang dikehendaki-Nya. Ada kalanya orang yang meminum menggunakan cawan itu untuk menyaksikan-Nya dalam rupa bentuk, ada yang dalam rupa makna, juga ada yang berupa pengetahuan. Bentuk, adalah bagian yang dilihat dan dirasakan raga dan jiwa. Rupa makna adalah yang dirasakan hati dan akal. Sementara pengetahuan adalah yang dirasakan oleh roh dan relung hati terdalam. Kalian pasti tau sendiri apa yang kalian lihat, kalian pikirkan, dan kalian punya isi hati. Tentu saja, demi menjadi manusia yang ideal, kalian rela membuta, membodoh, dan membohongi isi hati. Ya memang untuk bisa sepenuhnya menjadi manusia sejati sangatlah sulit. Satu satunya cara adalah dengan mengubur dalam-dalam sifat kemanusiaan kita sendiri.
Ada yang bertanya padaku, tentang cinta. Aku jawab, adalah anugerah Allah Ta'ala bagi hati hamba-Nya agar berpaling dari semua hal yang selain diri-Nya. Dengan cinta, jiwa selalu condong akan ketaatan kepada Allah, akal akan terjaga dengan makrifat kepada-Nya, roh selalu berada di hadapan-Nya, dan sir selalu tenggelam dalam penyaksian terhadap-Nya. Oleh karena itu, mereka mengatakan, "Para wali Allah diibaratkan para pengantin yang tidak bisa dilihat oleh orang-orang jahat."
Lantas, apakah minuman cinta itu? Apakah cawan cinta tersebut? Bagaimana rasanya? Apa yang dimaksud dengan sang pemberi minum, anggur, kesegaran, mabuk, dan sadar? Maka, seagung-agungnya minuman adalah cahaya yang memancar dari keindahan (Dzat) yang dicintai. Cawan adalah rahasia (ilahi) yang disampaikan oleh mulut menuju ke hati. Sang pemberi minum adalah Dzat yang mengatur dan bersama orang-orang pilihan dan hamba-Nya yang saleh. Allah Ta'ala mengetahui kadar makhluk-Nya dan kebaikan kekasih-kekasih-Nya. Maka orang yang dibukakan kepadanya keindahan Dzat-Nya, dan ia mendapatkan sesuatu darinya meski satu napas atau dua napas, lalu terangkatlah baginya hijab, maka dia telah mencicipi rasa minuman dan menjadi pencinta Allah. Sesiapa yang terus-menerus berada pada keadaan itu walau satu jam atau dua jam, maka dia telah menjadi sebenar-benarnya peminum anggur kenikmatan ilahi. Bahkan, siapa yang melanjutkan hal tersebut dan senantiasa meminumnya sehingga keringat dan sendi-sendinya dipenuhi oleh cahaya Allah, hal itulah yang dinamakan kesegaran. Jika itu terjadi, dia mungkin mengalami ghaibah dari apa yang dirasakan pancaindera atau dialami oleh akal, sehingga dia tidak lagi mengetahui apa yang telah dan akan dikatakan. Keadaan ini disebut mabuk.
Terkadang, mereka di kelilingi oleh cawan-cawan, serta kondisi batin mereka pun berbeda-beda dalam melakukan zikir dan ketaatan. Mereka juga tidak terhalang dari sifat dan kemampuan manusia. Kondisi tersebut terjadi pada saat mereka sadar, di mana pandangan dan pengetahuan mereka meluas dan bertambah. Mereka menjadikan bintang-bintang pengetahuan dan rembulan tauhid sebagai petunjuk di saat malam. Juga mereka menggunakan matahari-matahari makrifat sebagai cahaya di kala siang. Siapa saja, ketahuilah bahwa yang mencintai Allah dan mencintai karena Allah, maka sempurnalah wilayahnya. Orang yang mencintai atas dasar hakikat adalah orang yang hatinya tidak diperuntukkan kepada selain kekasih-Nya. Orang itu juga tidak memiliki kehendak selain kehendak-Nya, maka orang yang telah dikaruniai wilayah dari Allah Ta'ala, dia tidak akan bosan bertemu dengan-Nya. Dengan demikian, seorang wali yang hakiki tidak membenci jika kematian ditampakkan kepadanya.
Allah telah mencintai orang yang tidak memiliki kekasih selain-Nya. Dia mencintai orang yang tidak mencintai hawa nafsunya sama sekali. Orang yang telah merasakan nikmatnya dekat dengan Tuannya, akan kecanduan bertemu dengan-Nya.
Setelah semuanya, engkau akan dapat membedakan sesuatu, adakalanya kau mencintai, kadang pula kau membenci. Kau mencintai karena-Nya dan kau juga membenci karena-Nya. Pada saat itu kau sudah tidak peduli di mana engkau berada. Kadang kedua sifat tersebut menyatu terkumpul dalam dirimu, dan membuatmu menjalankan keduanya secara keseluruhan. Maka engkau harus melihat apakah cinta tersebut masih terdapat pengaruh dari hawa nafsu? Lihatlah kecintaanmu terhadap orang-orang yang masih hidup, seperti saudara-saudaramu yang jujur, atau kecintaanmu terhadap mereka yang sudah wafat. Jika engkau mendapatkan hatimu tidak lagi bergantung terhadap mereka, maka cinta yang engkau miliki telah terbebas dari hawa nafsu dan membuat kecintaanmu terhadap Allah telah terbukti benar. Namun, jika engkau mendapati hatimu masih bergantung kepada mereka yang kau cintai atau sesuatu yang kau cintai, maka kembalilah kepada ilmu. Sempurnakanlah perhatianmu kepada lima dasar, yaitu wajib, sunah, makruh, yang terlarang, dan mubah.
Sifat-sifat perindu antaranya adalah selalu memikirkan, sering mengingat, sedikit berkata dan selalu diam, tidak takut, tidak berharap, tidak mendengar ketika dipanggil, serta tidak melihat ketika dilihat. Sementara cinta adalah rahasia yang ada dalam hati yang datang dari kekasih (Allah), jika ia tetap dalam hati, maka ia akan memutusmu dari selain-Nya. Hakikat cinta adalah melihat kekasih secara jelas, kesempurnaannya adalah ketika engkau merasa tersesat dan menghilang di setiap waktu. Cinta ada pada memahami, maka sesiapa yang mencintai Allah maka dia akan memahami-Nya dalam segala sesuatu.
Seorang pencinta yang hakiki adalah orang yang tidak memiliki kuasa terhadap hatinya, kecuali untuk kekasihnya. Ia juga tidak memiliki kehendak, kecuali bersama kehendak-Nya. Janganlah engkau berhubungan dengan kekasih sementara engkau masih ada yang menemani di dunia. Jika Dia menghalangimu dari yang engkau cintai dan mengembalikanmu kepada apa yang Dia cintai, maka itu adalah pertanda kecintaan-Nya kepadamu.
Bagaimana keputusan dan kesadaranmu sekarang?
Komentar