Langsung ke konten utama

Hikayat Nabi Sis

      Sebenarnya, hikayat katanya milik orang Melayu. Setidaknya secara rupa, diriku juga mirip-mirip sama orang Melayu. Jadi nggak masalah kalau diriku ambil hikayat sebagai seperangkat alat untuk membuatku tetap sigap. Pernah sekali diriku ngobrol sama seorang pria yang dulu nyantri di Banyuwangi ujung Jawa sana, dia menceritakan tentang Nabi Sis, anaknya Nabi Adam. Yang menurut penuturannya, memiliki banyak pengaruh dalam kebudayaan Jawa. Sampai diriku yang suka baca sejarah, terpedaya dan terbuat bingung oleh ceritanya, sejak awal diriku juga sangat yakin bahwa orang Jawa adalah kreator ulung dalam hal menyulam cerita. Darah lelembut mengalir juga dalam darah orang Jawa. Sampai yang bikin aneh lagi adalah bahwa nggak satu dua kali orang Jawa sendiri ketipu dengan cerita buatan Belanda, akhirnya perang saudara. Belanda menggunakan senjata Jawa untuk membunuh orang Jawa, pengecut kan ya mereka.

     Beralih kepada cerita tentang Sayyidina Sis atau Nabi Sis. Beliau adalah anak Nabi Adam yang nomor enam. Nabi Sis sangat mirip dengan Nabi Adam, baik secara fisik maupun sifatnya, bahkan kecerdasan dan kebijaksanaannya juga gak jauh beda dengannya. Beliau juga sangat spesial, dalam cerita Paramayoga, Nabi Sis mendapat jodoh berupa seorang bidadari bernama Dewi Mulat. Awal mulanya, Nabi Adam memerintahkan Nabi Sis untuk memetikkan buah di Taman Surga, anak yang berbakti pasti nurut dong, nah dalam memetik buah inilah Nabi Sis ketemu sama Dewi Mulat, dan mereka dag dig dug dong akhirnya. Dan Nabi Sis akhirnya membawa buah tadi ke hadapan bapaknya sambil ngenalin calon. Ya ampun, anehnya kok mau Dewi Mulat diajak hidup di bumi, yang mana tempatnya dulu di Surga udah nyaman gitu. Sampai diriku ingat dengan banyaknya ucapan para wanita, kata mereka: "Di manapun, asal aku selalu bersama itu udah cukup bagiku." Ruwet bener mereka. Ini adalah hikayat Nabi Sis setelah nikah, kalau belum nikah ceritanya nggak ada. Oleh karena masa sebelum nikah adalah masa padu, gak boleh diungkat-ungkit. Menginjak beberapa tahun pernikahannya, Malaikat Ngazazil yang saat itu masih patuh, tetapi udah terlihat benih-benih keangkaramurkaannya. Harus diakui juga bahwa kadang kala angkara murka tumbuh tatkala kita melihat yang lainnya lebih dari kita. Anehnya, siapa yang membisiki Malaikat Ngazazil dahulu untuk berbuat durjana, padahal belum ada Iblis. Malah dia sendiri lah yang nantinya menjadi Iblis, layak untuk kembali dipertimbangkan bahwa akal pikiran adalah godaan paling menyakitkan.

     Nah, Malaikat Ngazazil ternyata gak setuju umpama keturunan Nabi Adam yang menjadi pemimpin segala makhluk, sifat ketidakpuasan inilah yang membawa Malaikat Ngazazil bertindak sembrono. Dia ikut campur dalam proses kelahiran anak hasil perkawinan Nabi Sis dan Dewi Mulat, sebenarnya yang anak pertama nggak ada masalah, tetapi yang anak kedua inilah yang ruwet. Dahulu kenapa pula setiap kelahiran selalu kembar? Dan biasanya, anak kembar itu selain kembar secara fisik juga kembar secara sifat tingkah polahnya. Namun, kali ini lain, anak kembar Nabi Sis dengan Dewi Mulat sangat berlainan. Anak pertama bernama Anwas, dan kembarannya bernama Anwar. Tolong nanti umpama ada yang lahiran anak kembar laki, jangan diberi nama Anwas-Anwar, jangan sampai cerita sendu dahulu kala ini terulang kembali, ruwet nanti. Alkisahnya, Sayyid Anwas lebih suka di rumah aja, membantu dan bergaul dengan orang-orang dalam rumahnya. Sebaliknya Sayyid Anwar suka keluyuran, gaul dia pokoknya, bahkan sampai temenan sama Malikat Ngazazil, pasti aku tebak Sayyid Anwar dulu tiap pulang ke rumah akan selalu cerita pada orang rumah bahwa dia telah begini begitu. Sebenarnya, diriku ini tengah menulis kisah Nabi Sis atau kisah anaknya sih?

     Sebenarnya, orang Jawa sangat memegang keabsahan Babad Tanah Jawi, dan diriku belum pernah baca itu karangan sastra yang begitu melegenda. Menceritakan kisah yang di luar sains, penuh mistis yang misterius dan membius. Menurut keterangannya, orang Jawa dulu adalah keturunan dari Nabi Sis juga, lewat jalur anaknya yang bernama Sayyid Anwar. Wajar umpama orang Jawa saat ini suka merantau sampai ke luar negeri bahkan. Awalnya kan dari Nabi Adam, lalu ke Nabi Sis, lalu turun ke Sayyid Anwar, dan sampai pada para Pandawa. Nah, orang Jawa ini keturunan Pandawa, yang para Rajanya dari keturunan Arjuna lewat cucunya; Prabu Parikesit. Sebenarnya, diriku sangat penasaran dengan dua hal: pertama bahwa anak Nabi Sis yang Sayyid Anwas menurunkan bangsa barat dan arab, sedangkan yang Sayyid Anwar menurunkan orang India, Jawa, dan juga Cina mungkin. Kan perbedaannya juga kentara, dari sejarahnya bisa dilihat bahwa para keturunan Sayyid Anwar ternyata penuh dengan kegaiban dan berbagai ilmu kesaktian, sedangkan yang keturunan Sayyid Anwas malah takut sama gaib, orang barat ataupun orang arab kalau dengar sihir aja udah gemetar hebat. Para keturunan Sayyid Anwas sangat rasional dan menghidupkan fungsi panca indera.

Uwes lah, ruwet malah nanti. Yang penting adalah setidaknya para keturunan Sayyid Anwar saat ini udah mengalami banyak kemajuan. Salah satunya adalah bahwa kita udah nggak lagi hobi perang. Padahal kan dulu kita pasti denger gimana dunia ini hampir luluh berantakan terkena panah Brahmastra Arjuna.

Nah, umpama saat ini orang barat sibuk buat rudal, mengapa pula kita malah nyantai. Harusnya kita hidupkan lagi karya Sayyid Anwar. Kita harus laku tapa di mana gitu misal, supaya kita dapat senjata para Dewa seperti para Pandawa. Umpama nanti perang, lalu ada rudal yang menyerang, kita panah tuh rudal pakai panah Pasopati. Atau kita gunakan Gada Rujapala buat merujak tank-tank mereka. Perlu diketahui pula, kalian nggak usah khawatir kalau perang pecah, diriku punya senjata paling sakti: Nenggala!

Aku kurang yakin bahwa namaku ini Ridwan, tapi aku dipanggil dengan nama itu. Aku pria, tapi aku memiliki cita rasa wanita. Aku kurang normal, tapi aku yakin tidak gila. Aku hidup, tapi aku tak bernafas dengan hasratku. Gimana ini...?

Komentar